Selasa, 13 September 2011

Tinjauan Psikologis Remaja dan Permasalahannya

dr. Puguh Setyo Nugroho*

Definisi Remaja 
Masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya masalah hak.
Mengenai umur masa remaja, para psikolog tidak sepakat, namun yang umum digunakan adalah pendapat Luella Cole, seoarang ahli psikologi, yaitu 13 – 15 tahun (masa remaja awal) , 15 – 18 tahun (masa remaja pertengahan) , 18 – 21 tahun ( masa remaja akhir)



Ciri Masa Remaja 
Ciri masa remaja menurut psikologi modern :
1. Masa remaja adalah periode yang penting
Perkembangan fisik dan mental yang penting bagi perkembangan     selanjutnya serta sangat memeelukan penyesuaian sehingga terbentuk sikap, nilai dan minat baru
2. Masa remaja sebagai periode peralihan 
pada masa ini remaja bukan lagi seorang anak tapi juga belum dewasa, jika ia berperilaku seperti anak-anak ia kan ditegur dan diajari bertindak sesuia usianya, namun jika ia berperilaku seperrti orang dewasa seringkali dimarahi pula
3. Masa remaja sebagai periode perubahan
Tingkat perubahan sikap dan perilaku selama masa remaja seiring dengan perubahan fisiknya, perubahan yang terjadi antara lain :
a. Meningginya emosi yang intesitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi
b. Perubahan tubuh , minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok social padanya sehingga timbul masalah baru, remaja akan tetap merasa bermasalah sampai ia sendiri menyelesaikannya menurut kepuasannya
c. Perubahan nilai akibat perubahan minat dan perilaku
d. Sebagian besar remaja bersifat ambivalen terhadap perubahan, mereka menginginkan kebebasan tapi takut bertanggung jawab
4. Masa remaja sebagai usia bermasalah
Masalah masa remaja sering menjadi masalah yang sulit untuk di atasi, karena :
a. Sepanjang masa anak-anak , sebnagiann besar masalahnya diselesaikan oleh orang tua, duru dll sehingga mereka tidak mempunyai pengalaman
b. Remaja merasa dirinya mandiri sehingga ingin mengatasi masalahnya sendiri  (menolak bantuan orang tua, walau sebenarnya mereka butuh)
5. Masa remaja sebagai masa mencari identitas 
Bagi remaja penyesuaian dengan standar kelompok sangat penting, tapi lambat laun mereka mulai mendambakan identitas diri, tidak puas dengan menjadi sama dengan teman-teman dalam segala hal. Identitas diri yang dicaru remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya, apa perannya dalam masyarakat dll. Secara keseluruhan apakah ia akan berhasil atau akan gagal. Dalam usaha mencari identitas diri ini , remaja melakukan proses imitasi (meniru) dan identifikasi ( dorongan untuk menjadi sama dengan idolanya)
6. Masa remja sebagai masa yang tidak realistik
Remaja cenderung memandang kehidupan dengan kaca berwarana merah jambu, ia melihat dirinya dan sekitarnya sebagaiman yang ia inginkan, bukan sebagaimana adanya, terutama dalam cita-cita, sehingga ia menjadi terlalu ideslis dan berlebihan, semakin tidak realistis cita-citanya semakin ia mudah kecewa. Remaja akan askit hati dan kecewa bila orang lain mengecewakannya atau bila tidak berhasil mencapai tujuan yang ditetapkannya sendiri
7. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa
Menjelang akhir masa remaja, biasanya mereka mulai berusa meninggalkan karakter usia belasan tahun dan memberikan kesan bahwa mereka sudah dewasa. Berpakaian seperti orang dewasa, merokok, berperilaku seperti orang dewasa dan seterusnya, mereka menganggap perilaku ini memberikan citra bahwa mereka telah dewasa

Keadaan Emosional Masa Remaja
Di masa remaja, terjadi ketegangan emosi yang meninggi sebagai akibat perubahan fisik dan kelenjar, serta perubahan perilaku sosial terhadap dirinya. Reaksi emosi yang sringkali muncul adalah amarah, takut, cemburu, ingin tahu, iri hati, gembira, sedih, kesal, rasa tertekan, mudah tersinggung dan kasih sayang. Perlakuan sebagai 
”anak kecil” atau diperlakukan “ tidak adil” membuat remaja marah, remja mengungkapkan marahnya dengan menggerutu, tidak mau bicara atau dengan sura keras mengkritik orang yang membuat marah. Remaja mudah iri hari pada orang yang mempunyai benda lebih banyak
Kematangan emosi dicapai pada masa akhir remaja (usia 18 – 21 tahun) ditunjukkan dengan kemampuan mengendalikan emosi. Untuk mencapai kematangan emosi dia harus menggunakan katarsis emosi (misalnya : latihan fisik yang berat, bermain, bekerja, menangis) serta membicarakan masalahnya kepada orang yang ia percaya dan mau menerimanya

Perubahan Perilaku Sosial Masa Remaja
Dalam perilaku sosialnya, reamaja cenderung melakukan 2 gerak yaitu,
a. Memisahkan diri dari orang tuanya dengan maksud menemukan jatidirinya (proses mencari identitas ego- Erikson)
b. Makin akrab dengan teman-teman sebaya, remaja memperoleh banyak informasi dan nilai melalui sekolah dan kontak dengan teman-teman sebaya dari keluarga dan lingkungan yang berlainan, dimana mereka menemukan nilai-nilai yang menarik dan ingin memilikinya, pengaruh teman sebaya ini sangat kuat. Akibatnya, mereka akan mengikat diri dengan aturan-aturan kelompok agar mereka dapat diterima. Dalam kelompok ini remaja merasa menemukan dukungan, kebebasan dari aturan yang dibuat orang dewasa, penerimaan dan saling ketergantungan.. Namun, seiring dengan bertambahnya usia, remaja akan mulai mengurangi ketergantungannya dengan kelompoknya dan akan mencarai identitas pribadi, serta lebih senang menjalin persahabatan pribadi yang erat dengan sedikit orang
Perubahan perilaku sosial yang juga menonjol di masa remaja adalah mulai tertariknya remaja untuk
menjalin hubungan heterokseksual. (lawan jenis). Saat remaja mereka lebih tertarik untuk menjalin hubungan persahabatan dengan lawan jenisnya. Ini mencapai puncaknya selama masa SMA

Klasifikasi Tipe Remaja
Klasifikasi Tipe Remaja berdasarkan Akhlaqnya
a. Remaja berakhlaq Islami , mereka rajin ibadah, hanif dan relatif cepat menerima kebaikan
b. Remaja berakhlaq asasi, mereka tidak taat agama, tapi tidak mau terang-terangan dalam berbuat maksiat karena masih menghormati harga dirinya
c. Remaja berakhlaq jahiliyah, mereka tidak peduli dengan harga dirinya dan agamanya  cenderung seenaknya

Sebab Terjadinya Penyimpangan Akhlaq Remaja
Muara permasalahan kemerosotan akhlaq remaja ini dikarenakan dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. 
Faktor internal adalah faktor dari dalam diri sendiri yang menyebabkan hasrat penyimpangan, antara lain:
1.  Kurangnya pemahaman agama
Agama telah mengajarkan bagaimana akhlak dengan orang lain, baik terhadap yang lebih tua ataupun yang lebih muda. Demikian pula akhlak terhadap wanita dan  tata pergaulan dengan teman sebaya. Juga mengajarkan mana yang boleh dilaksanakan dan mana yang tidak boleh.
2.  Pola asuh orang tua yang salah
Pola asuh adalah pola pendidikan yang diberikan orang tua pada anak-anaknya. Bila orang tua mendidik dengan terlalu mengekang ataupun sebaliknya terlalu permisif (serba boleh) akan menghasilkan anak yang  berperilaku menyimpang.  Misalnya menjadi anak yang tidak peka terhadap masalah sosial, suka mengganggu, atau cengeng, tidak mandiri. Ditambah lagi sekarang banyak orangtua yang sibuk (kedua orang tua bekerja) sehingga perhatian kepada anaknya sangat kurang
Termasuk pola asuh adalah mendidik agama pada anak-anak sejak dini. 
  3.  Kepribadian yang in adekuat
 Kepribadian yang utuh dan sehat merupakan salah satu modal utama untuk mencapai cita-cita. Sebaliknya kepribadian yang indekuat memunculkan sikap impulsif, agresif atau cenderung dekstruktif.
Sedangkan faktor eksternal adalah adanya proses transformasi budaya. Indonesia yang pernah melaksanakan  strategi kebijakan  “open door policy” di bidang kebudayaan  tampaknya amat merugikan kualitas sumber daya manusia Indonesia . Dengan adanya transformasi budaya dari luar inilah yang menyebabkan perobahan ‘gaya hidup’ masyarakat yang tidak sehat dimana masyarakat kita mempunyai anggapan supaya dikatakan modern maka harus mengikuti gaya hidup barat . Padahal kalau kita perhatikan   budaya dari negara Barat itu substansi dasarnya adalah :
- Budaya materialistik (orientasi keduniaan), yakni orang dipacu mencari materi dan menikmati materi.
- Budaya permisivesness (orientasi serba boleh), terutama masalah hubungan seks bebas dan pornografi

Terapi Penyimpangan Akhlaq Remaja
Melihat faktor-faktor penyebab diatas maka tidak ada jalan lain terapinya adalah kembali berpegang teguh pada tali Allah, yaitu  ‘Agama Islam’ , karena  keyakinan akan benarnya ajaran agama akan mendidik manusia untuk berakhlak mulia dan mematuhi tuntunan hidup sosial dari Maha Pencipta dalam semua segi kehidupan berbangsa dan bernegara. Agama harus dipandang sebagai teknologi pembangunan bangsa, mengandung banyak kebijakan sosial yang harus diterapkan dalam upaya membangun bangsa, bukan diperlakukan hanya sekedar masalah akherat, ritual dan pribadi.
Berdasarkan pengamatan empiris , penilitian ilmiah, serta tuntunan Alqur’an dan Sunnah, dalam hal memerangi penyimpangan akhlaq remaja (kenakalan remaja, penyalahgunaan NAZA, AIDS dan penyimpangan sexual) Islam lebih menekankan pada aspek pencegahan antara lain :    
1. Penanaman pendidikan agama sejak dini.
Hasil penelitian ilmiah  telah membuktikan bahwa remaja yang komitmen agamanya lemah  mempunyai resiko lebih tinggi (4 kali) untuk terlibat penyalahgunaan NAZA bila dibandingkan dengan remaja yang komitmen agamanya kuat (Hawari 1990)
 2. Kehidupan beragama di rumah tangga perlu diciptakan dengan suasana rasa kasih sayang antara ayah-ibu-anak. 
Penelitian ilmiah telah membuktikan bahwa  anak/remaja yang dibesarkan dalam keluarga yang tidak religius, resiko anak untuk terlibat penyalahgunaan NAZA (kemerosotan akhlaq) jauh lebih besar dari pada anak yang dibesarkan dalam keluarga religius. (Hawari, 1990, Stinnet, J. Defrain, 1987)
3. Peran dan tanggung jawab orang tua amat penting dan menentukan bagi keberhasilan pencegahan kemerosotan akhlaq, yaitu :
a. Orang tua di rumah (ayah dan ibu), ciptakan suasana rumah tangga yang harmonis (sakinah), tersedia waktu dan komunikasi dengan anak, hindari pola hidup konsumtif, beri suri teladan yang baik sesuai dengan tuntunan agama.
b. Orang tua di sekolah (bapak dan ibu guru), ciptakan suasana/kondisi proses belajar mengajar yang kondusif bagi anak didik agar menjadi manusia yang berilmu dan beriman.
c. Orang tua di masyarakat (tokoh masyarakat, ulama, pejabat, pengusaha, aparat), ciptakan kondisi lingkungan sosial yang sehat bagi perkembangan anak / remaja. Hindari sarana dan peluang agar anak dan remaja tidak terjerumus / terjebak dalam kemerosotan akhlaq.
4. ‘Political will’ dan ‘Political action’ Pemerintah perlu dukungan kita semua  dengan diberlakukannya Undang Undang, dan peraturan-peraturan disertai tindakan nyata dalam upaya melaksanakan “amar ma’ruf nahi munkar/dakwah” demi keselamatan anak/remaja generasi penerus dan pewaris bangsa.


Menjadi Tua adalah kepastian, 
Menjadi Dewasa adalah sebuah pilihan

*) Dokter Klinik asy Syifa’ Lakarsantri Surabaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar