Senin, 09 April 2012

Anak dan Cucu Seseorang Tokoh Ali bin Abi Thalib

Aku dan nasabku...
Nama lengkapnya, Ali bin Abi Thalib (nama asli Abdu Manaf) bin Abdul Muthalib (nama asli Syaibah) bin Hasyim (nama asli Amr) bin Abdul Manaf (nama asli Al-Mughirah) bin Qushay (nama asli Zaid) bin Kilab bin Murrah bin Ka'ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin Nadhr bin Kinanah1. Beliau mempunyai kunyah (julukan, gelar) yang masyhur adalah Abul Hasan, Abul Husein, namun Rasulullah menggelarinya Abu Turab.
Sedangkan ibunya adalah Fatimah binti Asad bin Hasyim bin Abdul Manaf. Dialah wanita pertama Bani Hasyim yang melahirkan seorang Bani Hasyim, karena pada waktu itu, umumnya laki-laki Bani Hasyim menikah dengan wanita Bani Umayyah begitu juga dengan sebaliknya. Beliau mempunyai 5 saudara yakni Thalib, Ja'far, Aqiel, Ummu Hani' dan Jumanah serta masing-masing jaraknya sepuluh tahun.
Ayahnya termasuk orang yang terhormat di kalangan suku Quraisy, sehingga dipercaya mengurus serta melayani jama'ah haji tiap tahunnya. Ketika mengurus dan melayaninya, terkadang menguras harta keluarga. Sehingga terkadang Abu Thalib kesulitan keuangan dalam rumah tangganya. Saat Musim paceklik dan kelaparan datang, Abu Thalib mengalami kesulitan. Maka Rasulullah SAW dan pamannya Abbas meminta izin untuk merawat anak-anaknya. Maka Abu Thalib berkata, “Bawalah Thalib dan Ja'far wahai paman, dan Bawalah Ali wahai Muhammad, serta biarkan Aqiel bersamaku”. Ali bin Thalib ra hidup dan tinggal bersama dengan Rasulullah SAW sejak usia enam tahun.
----


Aku dan Keluargaku
Aku menikahi Fatimah bin Muhammad sebelum perang badar, memperoleh keturunan putra yakni Hasan dan Husein, sedangkan putri yakni Zainab Al-Kubra dan Ummu al-Kaltsum Al-Kubra. Ada pula mengatakan putra ketiga adalah Muhasin, namun meninggal pada waktu masih kecil. Ali tidak menikahi wanita lain disampaing fatimah hingga ia wafat setelah enam bulan wafatnya Rasulullah SAW. Setelah meninggalnya Fatimah, Ali menikahi banyak wanita dan memperoleh keturunan yang banyak, diantara lain;
Ummul Banin binti Hazim. Hazim adalah Abul Muhil bin Khalid bin Rabi'ah bin al-Wahid bin Ka'ab bin Amir bin Kilab. Dari Ummul Banin, beliau memperoleh putera yakni al-Abbas, Ja'far, Abdullah dan Utsman. Dan semua terbunuh bersama saudaranya Husein di padang karbala kecuali al-Abbas. Dari al-Abbas, Ali memperoleh generasi penerus.
Laila binti Mas'ud bin Khalid bin Malik dari Bani Tamim. Dari laila, beliau memperoleh putera yakni Ubaidullah dan Abu Bakar. Menurut Hisyam bin al-Kalbi, keduanya terbunuh di padang karbala, sedangkan menurut al-Waqidi, Ubaidullah dibunuh oleh Mukhtar bin Abi Ubaid pada peperangan al-Madzar.
Asma' binti 'Umais al-Khats'amiyyah, dari beliau memperoleh putera yakni Yahya dan Muhammad Al-Ashghar. Demikian menurut Ibnul Kalbi, sedangkan menurut al-Waqidi, beliau memperoleh putera yakni Yahya dan 'Aun, adapun Muhammad Al-Ashghar dari Ummu Walad (budak wanita).
Ummu Habibi binti Rabi'ah bin Bujair bin al-Abdi bin 'Alqamah. Beliau adalah ummu walad (budak wanita) dari tawanan yang ditawan oleh Khalid bin Walid dari Bani Taghlib ketika menyerbu wilayah 'Ainut-Tamr. Dari sini beliau memperoleh putera dan puteri yakni Umar dan Ruqayyah.
Ummu Sa'id binti Urwah bin Mas'ud bin Mu'attib bin Malik ats-Tsaqafi, dari beliau memperoleh dua puteri yakni Ummul Hasan dan Ramlah al-Kubra.
Binti Umru'ul Qais binti Ady bin Aus bin Jabir bin Ka'ab bin Ulaim bin Kalb al-Kalbiyah. Dari beliau memperoleh seorang puteri.
Umamah binti Abil Ash bin ar-Rabi' bin Abdil Uzza bin Abdi Syam bin Abdi Manaf bin Qushay, ibu beliau adalah Zainab binti Rasulullah SAW. Dari beliau memperoleh seorang putera bernama Muhammad Al-Ausath.
Khaulah binti Ja'far bin Qais bin Maslamah bin Ubaid bin Tsa'lab bin Yarbu' bin Tsa'labah. Ia adalah tawanan yang berasal dari kaum murtad (Bani Hanifah) pada masa pemerintahan Abu Bakar Ash-Shidiq. Dari beliau memperoleh seorang putera bernama Muhammad al-Akbar (dikenal dengan sebutan Muhammad al-Hanafiyah). Orang Syiah menjadi Muhammad al-Akbar sebagai imam yang ma'shum.
Ali bin Abi Thalib memiliki banyak keturunan lainnya dari ummu walad (budak wanita). Saat Ali wafat meninggalkan empat istri dan sembilan belas budak. Di antara putera dan puteri yang tidak diketahui ibunya adalah Ummu Hani', Maimunah, Zainab As-Shughra, Ramlah as-Shughra, Ummu Kaltsum as-Shughra, Fatimah, Umamah, Khadijah, Ummul Kiram, Ummu Ja'far, Ummu Salamah, Jumanah dan Nafisah2.
Ibnu Jarir mengatakan, “jumlah keseluruhan anak kandung adalah empat belas orang putera dan tujuh belas orang puteri”. Al-Waqidi berkata, “Generasi penerus Ali adalah Hasan, Husein, Muhammad al-Hanafiyah, al-Abbas al-Kilabiyah, dan Umar ath-Thaghlibiyah”.
-----
Cahaya itu masuk..
Ali, remaja berusia sepuluh tahun3 itu hanya menanyakan kepadanya:
“Apa yang anda lakukan itu..?”
“Saya mengerjakan Shalat terhadap Allah Rabbul 'Alamiin, ujar Rasulullah SAW”
“Siapa Rabbul 'Alamiin itu?” tanya Ali pula
Maka Rasulullah SAW pun mengajar dan menunjukinya, bahwa Dia adalah “Tuhan Yang Maha ..... Tiada berserikat... Maha Pencipta dan menguasai segala sesuatu ....... Yang menghidupkan dan Yang mematikan..... Dan Dia Maha Kuasa atas segala apapun juga ”.
Sejak saat itu Ali bin Thalib selalu bersama Rasulullah SAW dan tidak pernah berpisah. Shalat bersamanya, patuh dan taat kepadanya serta menyaksikan pula bagaimana Rasulullah SAW bersiap-siap menerima wahyu. Dan tidak pernah absen dengan pertemuan di rumah Arqam. Dialah laki-laki yang pertama masuk islam dari golongan anak-anak.
----
Laki-laki itu seperti apa...
Beliau memiliki kulit berwarna sawo matang, bola mata beliau besar dan berwarna kemerah-merahan, berperut besar dan berkepala botak. Berperwakan pendek, dan berjanggut lebat. Dada dan pundak beliau padat dan putih, beliau memiliki bulu dada dan bahu yang lebat, berwajah tampan, dan memilki gigi yang bagus, ringan langkah saat berjalan4. Kata Imam As-Suyuthi beliau banyak mengarang syair.
----
Tentang Dia dan Keutamaan
Imam Ahmad bin Hambal berkata, “Tidak ada hadits yang meriwayatkan tentang keutamaan seseorang melebihi yang ada pada Ali bin Thalib” (HR Al-Hakim)5.
Imam Ahmad, Ismail al-Qadhi, An-Nasa'i dan Abu Ali an-Naisaburi berkata, "Belum ada riwayat-riwayat shahih berkenaan dengan keutamaan sahabat yang lebih banyak daripada riwayat tentang keutamaan Ali bin Abi Thalib ra6. Maka Ibnu Hajar Al-Asqalani mengomentari dalam kitab Fathul Bari, diantara keutamaan-keutaman sahabat yang paling banyak adalah keutamaan Ali bin Abi Thalib ra, sebabnya adalah karena beliau adalah yang terakhir. Banyak terjadi perselisihan pada jaman beliau, sebagian orang membangkang beliau.
Ibnu Asakir meriwayatkan dari Abdullah bin Abbas, dia berkata, “Tak ada ayat pun yang turun tentang seseorang yang lebih baik daripada ayat yang turun tentang Ali ” dan riwayat yang sama Ibnu Abbas berkata, “ Tiga ratus ayat turun mengenai Ali”. Imam Ath-Thabrani dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Abdullah bin Abbas dia berkata, “Tak ada satu ayat pun yang turun diawali dengan seruan (Yaa Ayyuhal Ladziina Amanu) kecuali Alilah yang menjadi penghulunya dan yang paling mulia di antara mereka. Allah telah mencela sahabat-sahabat Nabi Muhammad di beberapa tempat, namun tidak pernah menyebutkan tentang Ali kecuali dengan kebaikan”.
Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Sa'ad bin Abi Waqqash bahwa Rasulullah memerintahkan Ali untuk menggantikannya sementara di Madinah pada saat kaum muslimin akan menuju Tabuk. Ali saat itu berkata, “Engkau tempatkan aku bersama wanita dan anak-anak di Madinah? Lalu Rasulullah bersabda, Tidakkah engkau rela menjadi laksana seperti Harun disamping Musa disisiku? Hanya saja memang tidak ada Nabi setelahku”.
Diriwayatkan dari Sahal bin Sa'ady bahwa Rasulullah saw. Bersabda, "Demi Allah, niscaya akan kuserahkan bendera ini esok hari kepada seseorang yang mencintai Allah serta RasulNya dan dia dicintai Allah serta Rasul-Nya. Semoga Allah memberikan kemenangan melalui tangannya." Maka semalam suntuk orangorang membicarakan siapakah di antara mereka yang akan diserahi bendera itu. Keesokan harinya mereka mendatangi Rasulullah saw. Masing-masing berharap dialah yang diserahi bendera itu. Lalu Rasulullah saw. Bersabda, "Di manakah Ali bin Abi Thalib ra.?" Dijawab, "Dia sedang sakit pada kedua matanya." Rasulullah saw. bersabda, "Panggil dan bawa dia kemari." Dan dibawalah Ali kehadapan Rasulullah saw. Rasulullah saw lalu meludah pada kedua belah matanya seraya berdoa untuknya. Seketika saja dia sembuh seakan-akan tidak pernah terkena penyakit. Kemudian Rasulullah saw. menyerahkan bendera itu kepadanya. Ali berkata, "Wahai Rasulullah saw., aku memerangi mereka hingga mereka menjadi seperti kita." Rasulullah saw. bersabda, "Majulah ke depan dengan tenang! Sampai kami tiba ke tempat mereka, kemudian ajaklah mereka kepada Islam dan sampaikanlah kepada mereka hak-hak Allah yang wajib mereka tunaikan. Demi Allah, sekiranya Allah memberikan petunjuk kepada seseorang melalui dirimu, sungguh lebih baik (berharga) bagimu daripada memiliki unta-unta merah."7
Ali termasuk salah seorang sahabat yang ikut serta dalam peperangan Badar. Rasulullah saw telah berkata kepada Umar, "Tahukah kamu, sesungguhnya Allah telah mengetahui apa yang akan dilakukan oleh para peserta perang Badar. Allah mengatakan, 'Lakukanlah sesukamu sesungguhnya Aku telah mengampuni kamu'."8
Ali juga ikut serta dalam Bai'atur Ridhwan. Allah telah berfirman, "Sesunggidinya Allah telah ridha terhadap orang-orang mu'min ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon." (Al-Fath: 18). Rasulullah saw bersabda, "Tidak akan masuk neraka orang-orang yang ikut dalam bai'at di bawah sebuah pohon (yakni Bai'at Ridhwan)."9
Imam At-Tirmidzi meriwayatkan dari Abdullah bin Umair dia berkata: Rasulullah mempersaudarakan para sahabat antara kaum Muhajirin dan Anshar, kemudian Ali datang menemui Rasulullah dalam kedua mata berlinang. Wahai Rasulullah, kau telah mempersaudarakan antara sahabatmu yang satu dengan yang lain, namun sampai kini kau belum mempersaudarakan aku dengan salah seorang sahabatmu. Rasulullah bersabda, Kau adalah saudaraku di dunia dan akhirat.
Pada suatu hari Rasulullah saw menyampaikan khutbah di sebuah mata air bernama Khum10 yang terletak antara Makkah dan Madinah. Setelah memanjatkan puja dan puji kepada Allah, memberi peringatan dan nasehat beliau berkata, 'Amma ba'du, ketahuilah wahai sekalian manusia, sesungguhnya aku hanyalah seorang manusia, hampir tiba masanya kedatangan seorang utusan Rabbku dan aku akan menyambut panggilannya. Sungguh, aku telah tinggalkan padamu dua perkara, pertama Kitabullah, di dalamnya terdapat petunjuk dan cahaya. Ambillah pedoman dari Kitabullah dan pegang teguhlah ia. Beliau memerintahkan untuk berpegang teguh kepada Kitabullah dan mencintainya, kemudian beliau bersabda, ' Dan aku peringatkan kepada Allah agar kalian menjaga ahli baitku’ Beliau ulangi sebanyak tiga kali.' Al-Husain berkata kepadanya, 'Siapakah ahli bait nabi wahai Zaid? Bukankah istri beliau termasuk ahli bait?' Zaid berkata, 'Istri beliau termasuk. Ahli bait, dan juga termasuk ahli bait adalah karib kerabat beliau yang diharamkan menerima zakat' 'Siapakah mereka?' Tanya al-Husain lagi. Zaid menjawab, 'Keluarga Ali, keluarga Aqil, keluarga Ja'far dan keluarga Abbas. 'Apakah mereka diharamkan menerima zakat?' Tanya al-Husain lagi.'Benar!’ jawab Zaid."
Ibnu Sa'ad meriwayatkan dari Abu Hurairah dia berkata bahwa Umar telah berkata, “Ali adalah orang yang paling pandai dalam masalah hukum diantara kami”. Al-Hakim meriwayatkan dari Abdullah bin Mas'ud dia berkata, “Kami sama-sama mengatakan bahwa penduduk Madinah yang pandai dalam memutuskan perkara adalah Ali”. Ibnu Asakir meriwayatkan dari Abdullah bin Mas'ud die berkata, “Penduduk Madinah yang paling tahu tentang masalah waris dan yang paling pandai dalam pengambilan keputusan dalam hukum adalah Ali”.
-----
Saya tinggalkan mereka dengan dunia mereka, dan saya pilih Allah dan Rasul-Nya
Ibnu Jarir dan pakar-pakar sejarah lainnya, menyebutkan bahwa tiga orang khawarij bersepakat untuk membunuh. Abdurrahman bin Amru dikenal dengan sebutan Ibnu Muljam al-Himyari al-Kindi sekutu Bani Jabalah dari suku Kindah bersumpah akan membunuh Ali bin Abi Thalib. Al-Burak bin Abdillah at-Tamimi bersumpah membunuh Mu'awiyah bin Abi Sufyan, sedangkan Amru bin Bakr at-Tamimi berumpah akan membunuh Amr bin Ash.
Kemudian mereka berangkat sesuai tujuan; syam, mesir, dan madinah. Sebelum berangkat ke madinah, Ibnu Muljam, singgah di kuffah. Disini dia mendapat kawan dalam merencanakan aksinya yakni Wardan, dari Taim Ar-Ribab dan Syabib bin Bajrah al-Asyja'i al-Haruri.
Tanggal 17 ramadhan mereka melaksanakan aksinya, tepat hari jum'at waktu shubuh. Ketika adzan berkumandang, Ali keluar dari pintu dan menyeru, “shalat, shalat, shalat”. Dengan cepat Syabib menyerang dengan pedangnya dan memukulnya tepat mengenai leher beliau. Kemudian Ibnu Muljam menebaskan pedangnya ke atas kepalanya. Darah beliau mengalir dan membasahi jenggotnya. Ibnu Muljam berhasil ditangkap, Wardan dibunuh oleh orang berasal dari Hadramaut, sedangkan Syabib berasal melarikan diri.
Kemudian Ali dibopong kerumahnya, sedang Ibnu Muljam digiring kerumah Ali, dalam keadaan dibelenggu ditangannya ke belakang pundaknya. Ali menyuruh Ja'dah dan Abi Wahab11 mengimami sholat Fajar. Begitu Ibnu Muljam masuk, Ali menanyakan;
“Apa yang mendorongmu melakukan ini?”
Ibnu Muljam berkata, “Aku telah mengasah pedang ini selama empat puluh hari. Aku memohon kepada Allah agar aku dapat membunuh dengan pedang ini makhlukNya paling buruk!”
Ali berkata kepadanya, "Menurutku engkau harus terbunuh dengan pedang itu. Dan menurutku engkau adalah orang yang paling buruk."
Kepada keluarga dan putera-puteranya dipesankannya:
“Perlakukanlah ia dengan sebaik-baiknya...........
Hormatilah martabatnya sebagai manusia............
Kalau aku masih hidup, maka akulah yang lebih berhak atasnya..... Apakah akan menuntut qishash atau memaafkannya....
dan kalau aku mati, maka biarkanlah ia menemaniku untuk kuhadapi di hadapan pengadilan Rabbul 'Alamiin...
Janganlah kalian membunuh selainnya karena menuntut balas atas kematianku......
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas..!12
Ali ra, meninggal pada tanggal 17 Ramadhan tahun 40 H13 pada malam harinya dan pada usia 63 tahun14. Ibnu Kalbi, Ali dikebumikan pada malam itu, turut mengikuti proses pemakaman jenazah Ali adalah Hasa, Husein, al-Hanafiyah, Abdullah bin Ja'far, dan keluarga ahli bait beliau yang lainnya. Al-Hafidz Ibnu Asakir meriwayatkan dari Hasan bin Ali, ia berkata, “aku mengebumikan jenazah Ali di kamar sebuah rumah milik keluarga ja'dah”


1Imam As-Suyuthi dalam Kitab Tarikh Khulafa', halaman 193
2Al Bidayah wa Nihayah, halaman 363
3Ada perselisihan, dalam Kitab Al Bidayah Wan-Nihayah. Ibnu Katsir menuliskan Ali bin Abi Thalib ra masuk islam pada usia tujuh tahun, ada yang mengatakan delapan tahun, dan ada pula yang mengatakan sepuluh tahun.
4Ibnu Katsir dalam Kitab Al Bidayah Wan-Nihayah, halaman 353
5Imam As-Syuthi dalam Kitab Tarikh Khulafa' halaman 195
6Fathul Bari 7/71
7 Kitab Tarikh Khulafa' Imam As-Suyuthi mengatakan hadits riwayat Imam Bukhari nomor 4416 sedangkan dalam Kitab Al Bidayah wa Nihayah Ibnu Katsir mengatakan hadits riwayat Imam Muslim, dari Abu Hurairah, nomor 2404. Al-Qadhi Iyadh berkata, "Hadits ini termasuk dalil yang dipakai oleh kaum Rafidhah, Imamiyah dan seluruh kelompok Syi'ah bahwasanya kekhalifahan adalah hak Ali dan bahwasanya Rasulullah saw. telah mewaslatkan jabatan khalifah kepadanya. Kemudian mereka berselisih pendapat. Kaum Rafidhah mengkafirkan seluruh sahabat karena telah mendahulukan selain Ali. Sebagian mereka bahkan mengkafirkan Ali bin Abi Thalib karena menurut anggapan mereka Ali tidak menuntut haknya. Mereka ini adalah kelompok yang paling buruk madzhabnya dan paling rusak akalnya, ucapan mereka tidak perlu dibantah lagi dan tidak perlu didebat." Al-Qadhi melanjutkan, 'Tidak syak lagi tentang kafirnya orang yang mengatakan seperti itu. Karena orang yang mengkafirkan seluruh umat dan generasi pertamanya berarti ia telah membatalkan penukilan syariat dan telah merubuhkan Islam. Adapun selain kelompok radikal ini tidaklah berpandangan seperti itu. Kaum Imamiyah dan sebagian Mu'tazilah mengatakan, 'Mereka (para sahabat) telah keliru karena mendahulukan selain Ali, bukan kafir.' Sebagian kaumMu'tazilah bahkan mengatakan bahwa mereka (para sahabat) tidak keliru, karena menurut mereka boleh saja mendahulukan yang tidak utama daripada yang utama." Hadits ini bukanlah hujjah bagi mereka. Bahkan ini merupakan penetapan keutamaan Ali bin Abi Thalib. Karena Rasulullah saw. sl| telah menunjuk beliau sebagai khalifah sementara di kota Madinah saat beliau mengikuti perang Tabuk. Hal ini dikuatkan pula dengan kenyataan bahwa Harun bukanlah khalifah setelah Musa, bahkan Harun wafat pada saat nabi Musa masih hidup, yakni beliau wafat empat puluh tahun sebelum nabi Musa wafat. Berdasarkan keterangan yang masyhur dari pakar sejarah, mereka berkata, "Nabi Musa menunjuknya sebagai khalifah ketika beliau pergi untuk bermunajat kepada Rabbnya." Saya katakan, Penunjukan Ali sebagai khalifah pengganti di Madinah adalah bersifat khusus untuk mengurus dan memelihara keluarga beliau saat beliau pergi ke peperangan Tabuk. Adapun khalifah pengganti yang bersifat umum untuk kota Madinah kala itu adalah Muhammad bin Maslamah al-Anshari seperti yang telah disebutkan oleh ulama sejarah.
8 Hadits muttafaqun 'alaihiriwayat al-Bukhari, 3983 dan Muslim, 2494.
9 Hadits muttafaqun 'alaihi riwayat al-Bukhari, 4840 dan Muslim, 1856
10Khum adalah mata air yang terletak tiga mil dari Juhfah, mata air yang dikenal dengan sebutan Ghadir Khum, silahkan dilihat Mu'jam al-Buldan, 2/389
11Dia adalah putra dari Ummu Hani' binti Abi Thalib, berarti Ali adalah pamannya
12Khalid Muhammad Khalid, Karakteristik Perihidup Khalifah Rasulullah, halaman 592
13Menurut penadapat yang paling masyhur
14Itulah pendapat masyhur, demikian dituturkan oleh Muhammad bin al-Hanafiyah, Abu Ja'far al-Baqir, Abu Ishaq as-Sabi'i dan Abu Bakar “Ayasy

Tidak ada komentar:

Posting Komentar