Aku
dan nasabku...
Nama
lengkapnya, Ali bin Abi Thalib (nama asli Abdu Manaf) bin Abdul
Muthalib (nama asli Syaibah) bin Hasyim (nama asli Amr) bin Abdul
Manaf (nama asli Al-Mughirah) bin Qushay (nama asli Zaid) bin Kilab
bin Murrah bin Ka'ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin Nadhr
bin Kinanah1.
Beliau mempunyai kunyah (julukan, gelar) yang masyhur adalah Abul
Hasan, Abul Husein, namun Rasulullah menggelarinya Abu Turab.
Sedangkan
ibunya adalah Fatimah binti Asad bin Hasyim bin Abdul Manaf. Dialah
wanita pertama Bani Hasyim yang melahirkan seorang Bani Hasyim,
karena pada waktu itu, umumnya laki-laki Bani Hasyim menikah dengan
wanita Bani Umayyah begitu juga dengan sebaliknya. Beliau mempunyai 5
saudara yakni Thalib, Ja'far, Aqiel, Ummu Hani' dan Jumanah serta
masing-masing jaraknya sepuluh tahun.
Ayahnya
termasuk orang yang terhormat di kalangan suku Quraisy, sehingga
dipercaya mengurus serta melayani jama'ah haji tiap tahunnya. Ketika
mengurus dan melayaninya, terkadang menguras harta keluarga. Sehingga
terkadang Abu Thalib kesulitan keuangan dalam rumah tangganya. Saat
Musim paceklik dan kelaparan datang, Abu Thalib mengalami kesulitan.
Maka Rasulullah SAW dan pamannya Abbas meminta izin untuk merawat
anak-anaknya. Maka Abu Thalib berkata, “Bawalah Thalib dan Ja'far
wahai paman, dan Bawalah Ali wahai Muhammad, serta biarkan Aqiel
bersamaku”. Ali bin Thalib ra hidup dan tinggal bersama dengan
Rasulullah SAW sejak usia enam tahun.
----
Aku
dan Keluargaku
Aku
menikahi Fatimah bin Muhammad sebelum perang badar, memperoleh
keturunan putra yakni Hasan dan Husein, sedangkan putri yakni Zainab
Al-Kubra dan Ummu al-Kaltsum Al-Kubra. Ada pula mengatakan putra
ketiga adalah Muhasin, namun meninggal pada waktu masih kecil. Ali
tidak menikahi wanita lain disampaing fatimah hingga ia wafat setelah
enam bulan wafatnya Rasulullah SAW. Setelah meninggalnya Fatimah, Ali
menikahi banyak wanita dan memperoleh keturunan yang banyak, diantara
lain;
Ummul
Banin binti Hazim. Hazim adalah Abul Muhil bin Khalid bin Rabi'ah bin
al-Wahid bin Ka'ab bin Amir bin Kilab. Dari Ummul Banin, beliau
memperoleh putera yakni al-Abbas, Ja'far, Abdullah dan Utsman. Dan
semua terbunuh bersama saudaranya Husein di padang karbala kecuali
al-Abbas. Dari al-Abbas, Ali memperoleh generasi penerus.
Laila
binti Mas'ud bin Khalid bin Malik dari Bani Tamim. Dari laila, beliau
memperoleh putera yakni Ubaidullah dan Abu Bakar. Menurut Hisyam bin
al-Kalbi, keduanya terbunuh di padang karbala, sedangkan menurut
al-Waqidi, Ubaidullah dibunuh oleh Mukhtar bin Abi Ubaid pada
peperangan al-Madzar.
Asma'
binti 'Umais al-Khats'amiyyah, dari beliau memperoleh putera yakni
Yahya dan Muhammad Al-Ashghar. Demikian menurut Ibnul Kalbi,
sedangkan menurut al-Waqidi, beliau memperoleh putera yakni Yahya dan
'Aun, adapun Muhammad Al-Ashghar dari Ummu Walad (budak wanita).
Ummu
Habibi binti Rabi'ah bin Bujair bin al-Abdi bin 'Alqamah. Beliau
adalah ummu walad (budak wanita) dari tawanan yang ditawan oleh
Khalid bin Walid dari Bani Taghlib ketika menyerbu wilayah
'Ainut-Tamr. Dari sini beliau memperoleh putera dan puteri yakni Umar
dan Ruqayyah.
Ummu
Sa'id binti Urwah bin Mas'ud bin Mu'attib bin Malik ats-Tsaqafi, dari
beliau memperoleh dua puteri yakni Ummul Hasan dan Ramlah al-Kubra.
Binti
Umru'ul Qais binti Ady bin Aus bin Jabir bin Ka'ab bin Ulaim bin Kalb
al-Kalbiyah. Dari beliau memperoleh seorang puteri.
Umamah
binti Abil Ash bin ar-Rabi' bin Abdil Uzza bin Abdi Syam bin Abdi
Manaf bin Qushay, ibu beliau adalah Zainab binti Rasulullah SAW. Dari
beliau memperoleh seorang putera bernama Muhammad Al-Ausath.
Khaulah
binti Ja'far bin Qais bin Maslamah bin Ubaid bin Tsa'lab bin Yarbu'
bin Tsa'labah. Ia adalah tawanan yang berasal dari kaum murtad (Bani
Hanifah) pada masa pemerintahan Abu Bakar Ash-Shidiq. Dari beliau
memperoleh seorang putera bernama Muhammad al-Akbar (dikenal dengan
sebutan Muhammad al-Hanafiyah). Orang Syiah menjadi Muhammad al-Akbar
sebagai imam yang ma'shum.
Ali
bin Abi Thalib memiliki banyak keturunan lainnya dari ummu walad
(budak wanita). Saat Ali wafat meninggalkan empat istri dan sembilan
belas budak. Di antara putera dan puteri yang tidak diketahui ibunya
adalah Ummu Hani', Maimunah, Zainab As-Shughra, Ramlah as-Shughra,
Ummu Kaltsum as-Shughra, Fatimah, Umamah, Khadijah, Ummul Kiram, Ummu
Ja'far, Ummu Salamah, Jumanah dan Nafisah2.
Ibnu
Jarir mengatakan, “jumlah keseluruhan anak kandung adalah empat
belas orang putera dan tujuh belas orang puteri”. Al-Waqidi
berkata, “Generasi penerus Ali adalah Hasan, Husein, Muhammad
al-Hanafiyah, al-Abbas al-Kilabiyah, dan Umar ath-Thaghlibiyah”.
-----
Cahaya
itu masuk..
“Apa
yang anda lakukan itu..?”
“Saya
mengerjakan Shalat terhadap Allah Rabbul 'Alamiin, ujar Rasulullah
SAW”
“Siapa
Rabbul 'Alamiin itu?” tanya Ali pula
Maka
Rasulullah SAW pun mengajar dan menunjukinya, bahwa Dia adalah “Tuhan
Yang Maha ..... Tiada berserikat... Maha Pencipta dan menguasai
segala sesuatu ....... Yang menghidupkan dan Yang mematikan..... Dan
Dia Maha Kuasa atas segala apapun juga ”.
Sejak
saat itu Ali bin Thalib selalu bersama Rasulullah SAW dan tidak
pernah berpisah. Shalat bersamanya, patuh dan taat kepadanya serta
menyaksikan pula bagaimana Rasulullah SAW bersiap-siap menerima
wahyu. Dan tidak pernah absen dengan pertemuan di rumah Arqam. Dialah
laki-laki yang pertama masuk islam dari golongan anak-anak.
----
Laki-laki
itu seperti apa...
Beliau
memiliki kulit berwarna sawo matang, bola mata beliau besar dan
berwarna kemerah-merahan, berperut besar dan berkepala botak.
Berperwakan pendek, dan berjanggut lebat. Dada dan pundak beliau
padat dan putih, beliau memiliki bulu dada dan bahu yang lebat,
berwajah tampan, dan memilki gigi yang bagus, ringan langkah saat
berjalan4.
Kata Imam As-Suyuthi beliau banyak mengarang syair.
----
Tentang
Dia dan Keutamaan
Imam
Ahmad bin Hambal berkata, “Tidak
ada hadits yang meriwayatkan tentang keutamaan seseorang melebihi
yang ada pada Ali bin Thalib”
(HR Al-Hakim)5.
Imam
Ahmad, Ismail al-Qadhi, An-Nasa'i dan Abu Ali an-Naisaburi berkata,
"Belum
ada riwayat-riwayat shahih berkenaan dengan keutamaan sahabat yang
lebih banyak daripada riwayat tentang keutamaan Ali bin Abi Thalib
ra6.
Maka Ibnu Hajar Al-Asqalani mengomentari dalam kitab Fathul Bari,
diantara keutamaan-keutaman sahabat yang paling banyak adalah
keutamaan Ali bin Abi Thalib ra, sebabnya adalah karena beliau adalah
yang terakhir. Banyak terjadi perselisihan pada jaman beliau,
sebagian orang membangkang beliau.
Ibnu
Asakir meriwayatkan dari Abdullah bin Abbas, dia berkata, “Tak ada
ayat pun yang turun tentang seseorang yang lebih baik daripada ayat
yang turun tentang Ali ” dan riwayat yang sama Ibnu Abbas berkata,
“ Tiga ratus ayat turun mengenai Ali”. Imam Ath-Thabrani dan Ibnu
Abi Hatim meriwayatkan dari Abdullah bin Abbas dia berkata, “Tak
ada satu ayat pun yang turun diawali dengan seruan (Yaa Ayyuhal
Ladziina Amanu) kecuali Alilah yang menjadi penghulunya dan yang
paling mulia di antara mereka. Allah telah mencela sahabat-sahabat
Nabi Muhammad di beberapa tempat, namun tidak pernah menyebutkan
tentang Ali kecuali dengan kebaikan”.
Imam
Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Sa'ad bin Abi Waqqash bahwa
Rasulullah memerintahkan Ali untuk menggantikannya sementara di
Madinah pada saat kaum muslimin akan menuju Tabuk. Ali saat itu
berkata, “Engkau tempatkan aku bersama wanita dan anak-anak di
Madinah? Lalu Rasulullah bersabda, Tidakkah engkau rela menjadi
laksana seperti Harun disamping Musa disisiku? Hanya saja memang
tidak ada Nabi setelahku”.
Diriwayatkan
dari Sahal bin Sa'ady bahwa Rasulullah saw. Bersabda, "Demi
Allah, niscaya akan kuserahkan bendera ini esok hari kepada seseorang
yang mencintai Allah serta RasulNya dan dia dicintai Allah serta
Rasul-Nya. Semoga Allah memberikan kemenangan melalui tangannya."
Maka
semalam suntuk orangorang membicarakan siapakah di antara mereka yang
akan diserahi bendera itu. Keesokan harinya mereka mendatangi
Rasulullah saw. Masing-masing berharap dialah yang diserahi bendera
itu. Lalu Rasulullah saw. Bersabda, "Di
manakah Ali bin Abi Thalib ra.?" Dijawab,
"Dia sedang sakit pada kedua matanya." Rasulullah saw.
bersabda, "Panggil
dan bawa dia kemari." Dan
dibawalah Ali kehadapan Rasulullah saw. Rasulullah saw lalu meludah
pada kedua belah matanya seraya berdoa untuknya. Seketika saja dia
sembuh seakan-akan tidak pernah terkena penyakit. Kemudian Rasulullah
saw. menyerahkan bendera itu kepadanya. Ali berkata, "Wahai
Rasulullah saw., aku memerangi mereka hingga mereka menjadi seperti
kita." Rasulullah saw. bersabda, "Majulah
ke depan dengan tenang! Sampai kami tiba ke tempat mereka, kemudian
ajaklah mereka kepada Islam dan sampaikanlah kepada mereka hak-hak
Allah yang wajib mereka tunaikan. Demi Allah, sekiranya Allah
memberikan petunjuk kepada seseorang melalui dirimu, sungguh lebih
baik (berharga) bagimu daripada memiliki unta-unta merah."7
Ali
termasuk salah seorang sahabat yang ikut serta dalam peperangan
Badar. Rasulullah
saw telah berkata kepada Umar, "Tahukah
kamu, sesungguhnya Allah telah mengetahui apa yang akan dilakukan
oleh para peserta perang Badar. Allah mengatakan, 'Lakukanlah
sesukamu sesungguhnya Aku telah mengampuni kamu'."8
Ali
juga ikut serta dalam Bai'atur
Ridhwan. Allah
telah berfirman, "Sesunggidinya
Allah telah ridha terhadap orang-orang mu'min ketika mereka berjanji
setia kepadamu di bawah pohon." (Al-Fath:
18). Rasulullah saw bersabda, "Tidak
akan masuk neraka orang-orang yang ikut dalam bai'at di bawah sebuah
pohon (yakni Bai'at Ridhwan)."9
Imam
At-Tirmidzi meriwayatkan dari Abdullah bin Umair dia berkata:
Rasulullah mempersaudarakan para sahabat antara kaum Muhajirin dan
Anshar, kemudian Ali datang menemui Rasulullah dalam kedua mata
berlinang. Wahai Rasulullah, kau telah mempersaudarakan antara
sahabatmu yang satu dengan yang lain, namun sampai kini kau belum
mempersaudarakan aku dengan salah seorang sahabatmu. Rasulullah
bersabda, Kau adalah saudaraku di dunia dan akhirat.
Pada
suatu hari Rasulullah saw menyampaikan khutbah di sebuah mata air
bernama Khum10
yang terletak antara Makkah dan Madinah. Setelah memanjatkan puja dan
puji kepada Allah, memberi peringatan dan nasehat beliau berkata,
'Amma
ba'du, ketahuilah wahai sekalian manusia, sesungguhnya aku hanyalah
seorang manusia, hampir tiba masanya kedatangan seorang utusan Rabbku
dan aku akan menyambut panggilannya. Sungguh, aku telah tinggalkan
padamu dua perkara, pertama Kitabullah, di dalamnya terdapat petunjuk
dan cahaya. Ambillah pedoman dari Kitabullah dan pegang teguhlah ia.
Beliau memerintahkan untuk berpegang teguh kepada Kitabullah dan
mencintainya, kemudian beliau bersabda, '
Dan
aku peringatkan kepada Allah agar kalian menjaga ahli baitku’
Beliau
ulangi sebanyak tiga kali.' Al-Husain berkata kepadanya, 'Siapakah
ahli bait nabi wahai Zaid? Bukankah istri beliau termasuk ahli
bait?' Zaid berkata, 'Istri beliau termasuk.
Ahli
bait, dan juga termasuk ahli bait adalah karib kerabat beliau yang
diharamkan menerima zakat' 'Siapakah mereka?' Tanya al-Husain lagi.
Zaid menjawab, 'Keluarga Ali, keluarga Aqil, keluarga Ja'far dan
keluarga Abbas. 'Apakah mereka diharamkan menerima zakat?' Tanya
al-Husain lagi.'Benar!’ jawab Zaid."
Ibnu
Sa'ad meriwayatkan dari Abu Hurairah dia berkata bahwa Umar telah
berkata, “Ali adalah orang yang paling pandai dalam masalah hukum
diantara kami”. Al-Hakim meriwayatkan dari Abdullah bin Mas'ud dia
berkata, “Kami sama-sama mengatakan bahwa penduduk Madinah yang
pandai dalam memutuskan perkara adalah Ali”. Ibnu Asakir
meriwayatkan dari Abdullah bin Mas'ud die berkata, “Penduduk
Madinah yang paling tahu tentang masalah waris dan yang paling pandai
dalam pengambilan keputusan dalam hukum adalah Ali”.
-----
Saya
tinggalkan mereka dengan dunia mereka, dan saya pilih Allah dan
Rasul-Nya
Ibnu
Jarir dan pakar-pakar sejarah lainnya, menyebutkan bahwa tiga orang
khawarij bersepakat untuk membunuh. Abdurrahman bin Amru dikenal
dengan sebutan Ibnu Muljam al-Himyari al-Kindi sekutu Bani Jabalah
dari suku Kindah bersumpah akan membunuh Ali bin Abi Thalib. Al-Burak
bin Abdillah at-Tamimi bersumpah membunuh Mu'awiyah bin Abi Sufyan,
sedangkan Amru bin Bakr at-Tamimi berumpah akan membunuh Amr bin Ash.
Kemudian
mereka berangkat sesuai tujuan; syam, mesir, dan madinah. Sebelum
berangkat ke madinah, Ibnu Muljam, singgah di kuffah. Disini dia
mendapat kawan dalam merencanakan aksinya yakni Wardan, dari Taim
Ar-Ribab dan Syabib bin Bajrah al-Asyja'i al-Haruri.
Tanggal
17 ramadhan mereka melaksanakan aksinya, tepat hari jum'at waktu
shubuh. Ketika adzan berkumandang, Ali keluar dari pintu dan menyeru,
“shalat, shalat, shalat”. Dengan cepat Syabib menyerang dengan
pedangnya dan memukulnya tepat mengenai leher beliau. Kemudian Ibnu
Muljam menebaskan pedangnya ke atas kepalanya. Darah beliau mengalir
dan membasahi jenggotnya. Ibnu Muljam berhasil ditangkap, Wardan
dibunuh oleh orang berasal dari Hadramaut, sedangkan Syabib berasal
melarikan diri.
Kemudian
Ali dibopong kerumahnya, sedang Ibnu Muljam digiring kerumah Ali,
dalam keadaan dibelenggu ditangannya ke belakang pundaknya. Ali
menyuruh Ja'dah dan Abi Wahab11
mengimami sholat Fajar. Begitu Ibnu Muljam masuk, Ali menanyakan;
“Apa
yang mendorongmu melakukan ini?”
Ibnu
Muljam berkata, “Aku telah mengasah pedang
ini selama empat puluh hari. Aku memohon kepada Allah agar aku dapat
membunuh dengan pedang ini makhlukNya paling buruk!”
Ali
berkata kepadanya, "Menurutku engkau harus terbunuh dengan
pedang itu. Dan menurutku engkau adalah orang yang paling buruk."
Kepada
keluarga dan putera-puteranya dipesankannya:
“Perlakukanlah
ia dengan sebaik-baiknya...........
Hormatilah
martabatnya sebagai manusia............
Kalau
aku masih hidup, maka akulah yang lebih berhak atasnya..... Apakah
akan menuntut qishash atau memaafkannya....
dan
kalau aku mati, maka biarkanlah ia menemaniku untuk kuhadapi di
hadapan pengadilan Rabbul 'Alamiin...
Janganlah
kalian membunuh selainnya karena menuntut balas atas kematianku......
Ali
ra, meninggal pada tanggal 17 Ramadhan tahun 40 H13
pada malam harinya dan pada usia 63 tahun14.
Ibnu Kalbi, Ali dikebumikan pada malam itu, turut mengikuti proses
pemakaman jenazah Ali adalah Hasa, Husein, al-Hanafiyah, Abdullah bin
Ja'far, dan keluarga ahli bait beliau yang lainnya. Al-Hafidz Ibnu
Asakir meriwayatkan dari Hasan bin Ali, ia berkata, “aku
mengebumikan jenazah Ali di kamar sebuah rumah milik keluarga ja'dah”
1Imam
As-Suyuthi dalam Kitab Tarikh Khulafa', halaman 193
2Al
Bidayah wa Nihayah, halaman 363
3Ada
perselisihan, dalam Kitab Al Bidayah Wan-Nihayah. Ibnu Katsir
menuliskan Ali bin Abi Thalib ra masuk islam pada usia tujuh tahun,
ada yang mengatakan delapan tahun, dan ada pula yang mengatakan
sepuluh tahun.
4Ibnu
Katsir dalam Kitab Al Bidayah Wan-Nihayah, halaman 353
5Imam
As-Syuthi dalam Kitab Tarikh Khulafa' halaman 195
6Fathul
Bari 7/71
7
Kitab Tarikh Khulafa' Imam As-Suyuthi mengatakan hadits riwayat
Imam Bukhari nomor 4416 sedangkan dalam Kitab Al Bidayah wa Nihayah
Ibnu Katsir mengatakan hadits riwayat Imam Muslim, dari Abu
Hurairah, nomor 2404. Al-Qadhi Iyadh berkata, "Hadits
ini termasuk dalil yang dipakai oleh kaum Rafidhah,
Imamiyah dan
seluruh kelompok Syi'ah bahwasanya kekhalifahan adalah hak Ali dan
bahwasanya Rasulullah saw. telah mewaslatkan jabatan khalifah
kepadanya. Kemudian mereka berselisih pendapat. Kaum Rafidhah
mengkafirkan
seluruh sahabat karena telah mendahulukan selain Ali. Sebagian
mereka bahkan mengkafirkan Ali bin Abi Thalib karena menurut
anggapan mereka Ali tidak menuntut haknya. Mereka ini adalah
kelompok yang paling buruk madzhabnya dan paling rusak akalnya,
ucapan mereka tidak perlu dibantah lagi dan tidak perlu didebat."
Al-Qadhi melanjutkan, 'Tidak syak lagi tentang kafirnya orang yang
mengatakan seperti itu. Karena orang yang mengkafirkan seluruh umat
dan generasi pertamanya berarti ia telah membatalkan penukilan
syariat dan telah merubuhkan Islam. Adapun selain kelompok radikal
ini tidaklah berpandangan seperti itu. Kaum Imamiyah dan sebagian
Mu'tazilah mengatakan, 'Mereka (para sahabat) telah keliru karena
mendahulukan selain Ali, bukan kafir.' Sebagian kaumMu'tazilah
bahkan mengatakan bahwa mereka (para sahabat) tidak keliru, karena
menurut mereka boleh saja mendahulukan yang tidak utama daripada
yang utama." Hadits ini bukanlah hujjah bagi mereka. Bahkan ini
merupakan penetapan keutamaan Ali bin Abi Thalib.
Karena
Rasulullah saw. sl| telah menunjuk beliau sebagai khalifah sementara
di kota Madinah saat beliau mengikuti perang Tabuk. Hal ini
dikuatkan pula dengan kenyataan bahwa Harun bukanlah khalifah
setelah Musa, bahkan Harun wafat pada saat nabi Musa masih hidup,
yakni beliau wafat empat puluh tahun sebelum nabi Musa wafat.
Berdasarkan keterangan yang masyhur dari pakar sejarah, mereka
berkata, "Nabi Musa menunjuknya sebagai khalifah ketika beliau
pergi untuk bermunajat kepada Rabbnya." Saya katakan,
Penunjukan Ali sebagai khalifah pengganti di Madinah adalah bersifat
khusus untuk mengurus dan memelihara keluarga beliau saat beliau
pergi ke peperangan Tabuk. Adapun khalifah pengganti yang bersifat
umum untuk kota Madinah
kala
itu adalah Muhammad bin Maslamah al-Anshari seperti yang telah
disebutkan oleh ulama sejarah.
8
Hadits muttafaqun 'alaihiriwayat al-Bukhari, 3983 dan Muslim,
2494.
10Khum
adalah mata air yang terletak tiga mil dari Juhfah, mata air yang
dikenal dengan sebutan Ghadir Khum, silahkan dilihat Mu'jam
al-Buldan, 2/389
11Dia
adalah putra dari Ummu Hani' binti Abi Thalib, berarti Ali adalah
pamannya
12Khalid
Muhammad Khalid, Karakteristik Perihidup Khalifah Rasulullah,
halaman 592
13Menurut
penadapat yang paling masyhur
14Itulah
pendapat masyhur, demikian dituturkan oleh Muhammad bin
al-Hanafiyah, Abu Ja'far al-Baqir, Abu Ishaq as-Sabi'i dan Abu Bakar
“Ayasy
Tidak ada komentar:
Posting Komentar