Saat itu aku sedang membuka-buka Facebook. Kulihat beranda dari atas ke bawah, lalu aku pun menemukan status seorang teman. Kebetulan dia ini masuk di posisi penting sebuah Lembaga Dakwah Kampus di salah satu unversitas terkemuka di kota Batik. Statusnya berbunyi seperti ini, “Aku bosen syuro”. Entah ada apa dengannya ..
Boleh jadi selama ini sebagian dari kita juga pernah merasakan hal yang sama. Bosan dengan syura. Kebosanan itu pasti ada sebabnya. Mungkin saja kebosanan itu timbul karena adanya kendala-kendala dalam pelaksanaan syura. Misalnya seperti tidak dimulai dan diakhiri tepat waktu, agenda yang tidak jelas, kondisi yang tidak memungkinkan, pembahasan berkepanjangan, ketidaktercapaian tujuan rapat, atau bahkan alokasi waktu rapat yang kurang tepat.
Boleh jadi selama ini sebagian dari kita juga pernah merasakan hal yang sama. Bosan dengan syura. Kebosanan itu pasti ada sebabnya. Mungkin saja kebosanan itu timbul karena adanya kendala-kendala dalam pelaksanaan syura. Misalnya seperti tidak dimulai dan diakhiri tepat waktu, agenda yang tidak jelas, kondisi yang tidak memungkinkan, pembahasan berkepanjangan, ketidaktercapaian tujuan rapat, atau bahkan alokasi waktu rapat yang kurang tepat.
Syura adalah sarana dan metode terbaik untuk melibatkan seluruh aset internal yang dimiliki kaum muslimin yang berupa akal. Akal adalah salah satu dari karunia dari Allah ta'ala yang diberikan kepada manusia dan dapat disalurkan dengan berbagai cara diantaranya melalui musyawarah.
Nabi Muhammad SAW ingin memberikan contoh bahwa beliau adalah orang yang gemar melakukan musyawarah. Sebagai seorang nabi, beliau tidak memutuskan perkara dengan sendirinya. Beliau juga ingin melibatkan seluruh potensi ummat untuk berpartisipasi untuk merancang kekuatan dakwah. Pada peristiwa perang Uhud maupun Khandaq, beliau dan para sahabat melakukan musyawarah terlebih dahulu. Para sahabat pun melakukan hal demikian, yakni ketika perang mut'ah dan pemilihan pemimpin pasca Rasulullah wafat.
Musyawarah mengajarkan semangat kolektifitas atau kebersamaan. Pendapat, usulan, saran maupun kritik adalah suatu keberagaman yang dimiliki ummat. Keberhasilan yang lahir dari keputusan satu orang saja tidak lebih baik daripada sebuah kegagalan yang lahir dan dirancang oleh kerja kolektif dan semangat kebersamaan dalam bermusyawarah. Ali bin Abi Thalib ra. mengatakan "Kejernihan air dalam kesendirian tidak lebih baik dari air sungai yang keruh dalam kebersamaan".
Tentu kita ingin menjalani syuro cepat dan menghasilkan keputusan syuro tepat. Ada beberapa yang perlu diperhatikan diantaranya ;
Nabi Muhammad SAW ingin memberikan contoh bahwa beliau adalah orang yang gemar melakukan musyawarah. Sebagai seorang nabi, beliau tidak memutuskan perkara dengan sendirinya. Beliau juga ingin melibatkan seluruh potensi ummat untuk berpartisipasi untuk merancang kekuatan dakwah. Pada peristiwa perang Uhud maupun Khandaq, beliau dan para sahabat melakukan musyawarah terlebih dahulu. Para sahabat pun melakukan hal demikian, yakni ketika perang mut'ah dan pemilihan pemimpin pasca Rasulullah wafat.
Musyawarah mengajarkan semangat kolektifitas atau kebersamaan. Pendapat, usulan, saran maupun kritik adalah suatu keberagaman yang dimiliki ummat. Keberhasilan yang lahir dari keputusan satu orang saja tidak lebih baik daripada sebuah kegagalan yang lahir dan dirancang oleh kerja kolektif dan semangat kebersamaan dalam bermusyawarah. Ali bin Abi Thalib ra. mengatakan "Kejernihan air dalam kesendirian tidak lebih baik dari air sungai yang keruh dalam kebersamaan".
Tentu kita ingin menjalani syuro cepat dan menghasilkan keputusan syuro tepat. Ada beberapa yang perlu diperhatikan diantaranya ;
- Adaya penghormatan terhadap waktu. Kita sekarang sudah berada budaya "jam karet" sehingga awal dan akhir syura menjadi molor. Kita harus sadar bahwa aktivitas kita dengan orang lain berbeda.
- Mempersiapkan bahan syura dengan baik. Pembahasan syura perlu didukung dengan data-data, informasi dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Seorang peserta syuro diharapkan mempersiapkan bahan atau usulan sehingga pembahasan bisa efisien dan komprehensif. Ketidaklengkapan bahan syuro bisa menyebabkan kekacauan dalam keputusan serta syuro berbasis pada praduga bukan kondisi nyata di lapangan.
- Fokus pada yang dikerjakan. Seorang leader menjalankan sebagai pemimpin syura, sekretaris menjalankan fungsi notulensi, sedangkan peserta memberikan saran atau kritik atas konsep atau pembahasan.
- Tingkat kedalaman ilmu pengetahuan peserta syura. Karena kedalaman ilmu pengetahuan itulah yang menentukan mutu analisis, ketajaman berpikir dan gagasan yang diutarakan oleh peserta syura. Selama syuro merupakan proses ijtihad jama'i, maka syarat kedalaman ilmu pengetahuan merupakan keniscayaan yang menentukan mutu hasil syura.
Selanjutnya, bagaimana tips untuk membangun syura yang “hidup” dan efektif. Seperti yang telah kita pahami bersama bahwa syura adalah sarana penting dalam penyusunan strategi organisasi. Efektifnya syuro juga akan mencerminkan seberapa efektif kita dalam menjalankan tugas di lapangan.
- Pemberitahuan sejak awal. Ada baiknya, pemberitahuan sejak dini disampaikan kapan pelaksanaan dan dimana tempatnya. Hal ini dimaksudkan untuk mempersiapkan peserta syuro mengeksplorasi ide-idenya serta menyusun konsepnya.
- Alokasi waktu. Kita harus menyadari bahwa aktivis dakwah adalah orang yang sudah merencanakan agendanya sehingga kesibukannya karena akan amanah atau kewajiban. oleh karena itu, kita perlu menyampaikan dalam forum atau pemberitahuan awal tentang alokasi waktu syuro.
- Pemberitahuan agenda sejak awal. Agar pembahasan yang dilakukan dapat menghasilkan keputusan syuro tepat, maka sebaiknya agenda yang dibahas diberitahukan bersamaan dengan pemberitahuan syuro. Agenda syuro tidak memberitahukan syuro kaderisasi, atau syuro PH akan tetapi pemberitahuan agenda lebih spesifik seperti reschedulling, sinkronisasi, distribusi dll. Ini salah satu contoh yang dapat digunakan sehingga bisa merangsang untuk berpikir sebelum syuro, hal ini dapat mempercepat dan efektif dalam pembahasan.
- Memulai dengan tepat waktu. Biasanya leader segan memulai syuro ketika peserta syuro masih sedikit. Disini leader perlu mengubah kebiasaan buruk, dengan memulai syuro tepat waktu berapa pun staf (anggota) yang sudah hadir. Dengan kebiasaan ini, lambat laun staf akan mengikuti kebiasaan yang ada.
- Memanfaatkan media yang ada. Media syuro adalah sarana penunjang pelaksanaannya, minimal papan tulis dan spidol, jika bisa lebih misalnya laptop. Hal ini untuk menampilkan data-data yang terjadi lapangan, sebagai bahan syuro. Bentuk media bisa apa saja asalkan dapat memenuhi kebutuhan syuro.
- Dinamisasi syuro. Seorang pemimpin diharapkan mampu mendinamisasikan syuro sehingga peserta dapat memberikan pandangan-pandangannya jika perlu dipancing. Adapun susunan dalam syuro diantara lain :
a. Penyampaian masalah / agenda pembahasan
b. Pemaparan singkat data pendukung
c. Brainstorming analisis
d. Brainstorming solusi
e. Memilih alternatif solusi
f . Kesimpulan
b. Pemaparan singkat data pendukung
c. Brainstorming analisis
d. Brainstorming solusi
e. Memilih alternatif solusi
f . Kesimpulan
7. Serba Pendukung. Sebagai pelengkap keberadaan syuro yang bersifat non-teknis serta mendukung syuro yang akan dilaksanakan. Untuk ini saya berikan satu porsi yang khusus :
- Ada ketentuan untuk melakukan aktivitas ibadah sebagai seperti tilawah berapa lembar, sholat sunnah dsb.
- Syuro diisi dengan tausiyah berapa menit misalnya 10-15 menit yang diharapkan mampu membangkitkan semangat.
- Syuro diawali dengan tasmi atau tilawah serta terjemahan sebagai penyegaran diawal syuro dan diakhiri dengan do'a agar apa yang direncanakan tersebut mendapatkan ridho serta kemudahan dari Allah.
Wallahu alam bishowab....
Sumber :
Anis Mata, Lc, Menikmati Demokrasi, Bandung : Fitrah Rabbani
Drg. Sukri Wahid, Manajemen Gerakan Dakwah dimasa krisis, Belajar dari Sejarah Perang Khondaq, Jakarta : Al Itishom
Ridwansyah, Problematika Dasar Dakwah Kampus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar