Menurut
bahasa
berarti merahasiakan sesuatu atau menyembunyikannya. Menurut istilah
merahasiakan informasi-informasi terutama data-data, arsip, dokumen,
struktur organisasi, manuver-manuver, dsb.
Keharusan menyimpan
atau menyembunyikan informasi-informasi dari jangkauan siapapun
adalah hukumnya wajib. Juga tidak dibenarkan membeberkan rahasia itu
baik yang sifatnya kecil ataupun besar, yang sepele ataupun yang
penting dari jangkauan seluruh manusia tanpa kecuali. Adapun pihak
yang diperkenankan memperoleh informasi, mereka (kawan) yang memiliki
hubungan langsung dengan tugas dan kewajiban, tanpa mengurangi dan
menambahi. Dan perlu diwaspadai mereka (orang tua dan kerabat
keluarganya), sebab pihak musuh akan memperoleh informasi penting
dari mereka, terutama kalangan wanita.
Kitman
sangat penting
bagi kaum muslimin, mengingat kemenangan Israel atas bangsa Arab pada
perang Juni 1967. Pihak Israel memperoleh informasi gamblang tentang
militer Arab melalui berbagai cara, diantara jaringan spionase.
Ditambah pada waktu itu, masyarakat dengan bangga menceritakan
informasi penting dan detail tentang militer di tempat-tempat terbuka
seperti di dalam bus. Namun sangat disayangkan, bangsa Arab
meremehkan musuhnya, dan bertindak ceroboh dalam menjaga
rahasia-rahasia militer. Dan akhirnya mereka harus merelakan
“kepergian Al-Quds” serta bagian-bagian dari tanah air mereka.
Ada
warisan tentang kitman
syair-syair tentang
kitman, diantaranya;
“Berhati-hatilah
jangan lidahmu menebas lehermu”
“Sesungguhnya
dinding-dinding itu memiliki telinga”
“Dadamu lebih
lapang untuk menjaga rahasiamu”
“Sifat hati-hati
labih sulit dari perang”
Adapun
Allah berfirman dalam Kitab-Nya, QS An-Nisa' 83 : Dan
apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan atau pun
ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya
kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang
yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari
mereka (Rasul dan Ulil Amri). Kalau tidaklah karena karunia dan
rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali
sebahagian kecil saja (di antaramu).
Dalam ayat ini, Allah perintahkan tidak sekedar kitman namun, ada
kewajiban
melaporkan setiap isu
yang bisa menimbulkan pengaruh buruk atas opini masyarakat pada
orang-orang berkompeten. Hal ini berguna untuk didengar
pertimbangannya sekaligus memberhentikan penyebaran isu tersebut.
Sehingga titik bahaya tidak semakin membesar, sekaligus pagar atau
penghalang bila ada oknum ingin mencapai tujuan tertentu dengan
penyebaran isu.
Berkata
Ali bin Abi Thalib, “Rahasiamu
adalah tawananmu. Jika kamu mengungkapkannya jadilah kamu tawanannya”
Dan
berkata Umar bin Abdul Aziz, “Hati
adalah wadah penyimpan rahasia. Mulut adalah gembalanya. Dan lidah
adalah kuncinya. Maka hendaklah setiap manusia menjadi kunci
rahasianya”
Sejarah
membuktikan keampuhan kitman,
antara lain :
Kisah
Fathul Makkah, Satu waktu Abu Bakar Ash-Shidiq datang menemui putri
beliau Aisyah. Saat itu, Aisyah sedang mengemasi
perlengkapan-perlengkapan Rasulullah SAW. Abu Bakar berkata kepada
putrinya, “Wahai
pturiku apakah Rasulullah SAW menyuruh kamu untuk berkemas-kemas?
Aisyah menjawab, Benar, dan sebisanya ayahanda berkemas-kemas juga!”.
Abu
Bakar bertanya,
“Tahukah kamu kemana gerangan arah yang diinginkan Rasulullah?”.
Aisyah
menjawab “Demi
Allah saya tidak tahu!”
Beliau
memerintahkan kaum Muslimin untuk bersiap-siap. Dan setelah persiapan
selesai, Rasulullah memberitahukan kepada mereka, bahwa waktunya
berangkat ke Makkah telah tiba. Beliau memerintahkan mereka segera
berkemas. Saat itu pula, beliau berdoa kepada Allah, mudah-mudahan
Quraisy tidak sampai mengetahui berita perjalanan ini.
Ketika
tentara Muslimin sudah siap-siap akan berangkat, Hatib bin Abi
Balta'ah mengirim sepucuk surat melalui seorang perempuan yang sedang
mengadakan perjalanan menuju Makkah. Ia diberi upah supaya surat itu
disampaikan kepada pihak Quraisy, yang isinya memberitahukan bahwa
Rasulullah sedang mengadakan persiapan hendak menghadapi mereka.
Sebenarnya
Hatib orang besar dalam Islam. Tapi sebagai manusia, dari segi
kejiwaannya, ia mempunyai beberapa kelemahan, yang kadang cukup
menekan jiwanya sendiri. Masalah ini diketahui oleh Rasulullah SAW.
Beliau
segera menyuruh Ali bin Abi Thalib dan Zubair bin Awwam untuk
mengejar wanita. Wanita itu disuruh turun, surat dicarinya di tempat
barang tapi tidak juga diketemukan. Wanita itu diperingatkan, bahwa
kalau surat itu tidak dikeluarkan, merekalah yang akan membongkarnya.
Melihat keadaan yang begitu sungguh-sungguh, wanita itu pun mengalah.
Ia
membuka ikatan rambutnya dan surat itu pun dikeluarkannya. Ali dan
Zubair membawanya kembali ke Madinah. Hatib pun dipanggil oleh
Rasulullah dan ditanya kenapa ia tega berbuat demikian.
"Rasulullah,"
kata Hatib. "Demi
Allah, saya tetap beriman kepada Allah dan kepada Rasulullah.
Sedikit pun tak ada perubahan pada diri saya. Akan tetapi saya, yang
tidak punya hubungan keluarga atau kerabat dengan mereka itu,
mempunyai seorang anak dan keluarga di tengah-tengah mereka. Maka itu
sebabnya saya hendak membantu mereka."
"Wahai
Rasulullah," sela Umar bin Khathab. "Serahkan
kepada saya, akan saya penggal lehernya. Orang ini bermuka dua."
"Dari
mana engkau mengetahui itu, wahai Umar?"
tanya Rasulullah. "Jika
Allah sudah menempatkan dia sebagai orang-orang Badar ketika terjadi
Perang Badr."
Rasulullah
kemudian berkata kepada Hatib, "Berbuatlah sekehendakmu. Kau
sudah kumaafkan." Dan Hatib memang orang yang ikut dalam Perang
Badar. Saat itulah firman Allah turun: "Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan
musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka
(berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang; padahal
sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang
kepadamu, mereka mengusir Rasul dan (mengusir) kamu karena kamu
beriman kepada Allah, Tuhanmu. Jika kamu benar-benar keluar untuk
berjihad di jalan-Ku dan mencari keridhaan-Ku (janganlah kamu berbuat
demikian). Kamu memberitahukan secara rahasia (berita-berita
Muhammad) kepada mereka, karena rasa kasih sayang. Aku lebih
mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Dan
barangsiapa di antara kamu yang melakukannya, maka sesungguhnya dia
telah tersesat dari jalan yang lurus."
(QS Al-Mumtahanah: 1)
Kini
pasukan Muslimin sudah mulai bergerak dari Madinah menuju Makkah,
dengan tujuan membebaskan kota itu serta menguasai Rumah Suci, yang
oleh Allah telah dijadikan tempat berkumpul bagi manusia dan tempat
yang aman.
Pasukan
ini bergerak dalam suatu jumlah yang belum pernah terjadi sebelumnya
di Madinah. Mereka terdiri dan kabilah-kabilah Sulaim, Muzainah,
Ghatafan dan yang lain. Mereka menggabungkan diri, baik kepada
Muhajirin atau pun kepada Anshar.
Mereka
melingkar ke tengah-tengah padang sahara yang membentang luas itu,
sehingga ketika kemah-kemah mereka sudah dikembangkan, semuanya
tertutup debu dan pasir sahara. Sehingga orang takkan dapat
melihatnya. Mereka yang terdiri dari ribuan orang itu bergerak cepat.
Setiap mereka melangkah maju, kabilah-kabilah lain ikut menggabungkan
diri, yang menambah jumlah dan kekuatan mereka.
Semuanya
berangkat dengan kalbu yang penuh iman, bahwa dengan pertolongan
Allah mereka akan mendapat kemenangan. Perjalanan ini dipimpin oleh
Rasulullah SAW dengan pikiran dan perhatian hanya tertuju untuk
memasuki Rumah Suci tanpa pertumpahan darah setetes setetes pun.
Ketika
pasukan ini sampai di Mar Az-Zahran—suatu tempat dekat
Makkah—jumlah anggota pasukan sudah mencapai 10.000 orang,
sementara pihak Quraisy belum juga mendapat berita. Mereka masih
dalam ribut sendiri, bagaimana caranya menangkis serangan Rasulullah
dan kaum Muslimin.
Tatkala
mentari pagi telah terbit, Abu Sufyan telah berada dihadapan
Rasulullah SAW dan menyatakan keislamannya. Akhirnya Rasulullah SAW
memaafkan dan menjamin keamanannya. Lalu Rasulullah SAW bersabda
“Baiklah!
Barang siapa yang masuk ke dalam rumah Abu Sufyan maka dia aman.
Barang siapa yang menutup pintu rumah maka dia aman. Dan barang siapa
masuk ke dalam Masjidil Haram maka dia aman”. Setelah
itu kemudian Rasulullah SAW bersama kaum muslimin yang berjumlah
10.000 bergerak menuju Ka'bah.
Menjaga
kitman,
- Bagi mereka yang masih suka mengumbar (doyan ngomong) hendaknya diberi peringatan dan lebih penting untuk menjaga rahasia.
- Bagi yang sudah mengetahui keistimewaan kitman, hendaknya berkewajiban untuk membungkam setiap orang yang mengetahui rahasia, baik itu teman dekat maupun keluarganya.
- “Saya tidak mendengar..... saya tidak melihat....saya tidak berkomentar!!” menjadi slogan atas individu seorang muslim.
- Bersama-sama kita berkomitmen untuk berkitman yang solid.InsyaAllah kita akan mendapati kemenangan yang gemilang..
Sumber
:
Kitman
Studi tentang menyimpan rahasia (amniyah) dari Rasulullah SAW,
Jenderal Mahmud Syaid Khattab
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/11/07/29/lp3hbp-sejarah-hidup-muhammad-saw-menjelang-penaklukan-makkah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar