Rabu, 25 April 2012

KITMAN Studi tentang menyimpan rahasia (amniyah) dari Rasulullah SAW


Menurut bahasa berarti merahasiakan sesuatu atau menyembunyikannya. Menurut istilah merahasiakan informasi-informasi terutama data-data, arsip, dokumen, struktur organisasi, manuver-manuver, dsb.
Keharusan menyimpan atau menyembunyikan informasi-informasi dari jangkauan siapapun adalah hukumnya wajib. Juga tidak dibenarkan membeberkan rahasia itu baik yang sifatnya kecil ataupun besar, yang sepele ataupun yang penting dari jangkauan seluruh manusia tanpa kecuali. Adapun pihak yang diperkenankan memperoleh informasi, mereka (kawan) yang memiliki hubungan langsung dengan tugas dan kewajiban, tanpa mengurangi dan menambahi. Dan perlu diwaspadai mereka (orang tua dan kerabat keluarganya), sebab pihak musuh akan memperoleh informasi penting dari mereka, terutama kalangan wanita.

Kitman sangat penting bagi kaum muslimin, mengingat kemenangan Israel atas bangsa Arab pada perang Juni 1967. Pihak Israel memperoleh informasi gamblang tentang militer Arab melalui berbagai cara, diantara jaringan spionase. Ditambah pada waktu itu, masyarakat dengan bangga menceritakan informasi penting dan detail tentang militer di tempat-tempat terbuka seperti di dalam bus. Namun sangat disayangkan, bangsa Arab meremehkan musuhnya, dan bertindak ceroboh dalam menjaga rahasia-rahasia militer. Dan akhirnya mereka harus merelakan “kepergian Al-Quds” serta bagian-bagian dari tanah air mereka.



Ada warisan tentang kitman
syair-syair tentang kitman, diantaranya;
“Berhati-hatilah jangan lidahmu menebas lehermu”
“Sesungguhnya dinding-dinding itu memiliki telinga”
“Dadamu lebih lapang untuk menjaga rahasiamu”
“Sifat hati-hati labih sulit dari perang”
Adapun Allah berfirman dalam Kitab-Nya, QS An-Nisa' 83 : Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan atau pun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri). Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu). Dalam ayat ini, Allah perintahkan tidak sekedar kitman namun, ada kewajiban melaporkan setiap isu yang bisa menimbulkan pengaruh buruk atas opini masyarakat pada orang-orang berkompeten. Hal ini berguna untuk didengar pertimbangannya sekaligus memberhentikan penyebaran isu tersebut. Sehingga titik bahaya tidak semakin membesar, sekaligus pagar atau penghalang bila ada oknum ingin mencapai tujuan tertentu dengan penyebaran isu.
Berkata Ali bin Abi Thalib, “Rahasiamu adalah tawananmu. Jika kamu mengungkapkannya jadilah kamu tawanannya”
Dan berkata Umar bin Abdul Aziz, “Hati adalah wadah penyimpan rahasia. Mulut adalah gembalanya. Dan lidah adalah kuncinya. Maka hendaklah setiap manusia menjadi kunci rahasianya”

Sejarah membuktikan keampuhan kitman, antara lain :
Kisah Fathul Makkah, Satu waktu Abu Bakar Ash-Shidiq datang menemui putri beliau Aisyah. Saat itu, Aisyah sedang mengemasi perlengkapan-perlengkapan Rasulullah SAW. Abu Bakar berkata kepada putrinya, “Wahai pturiku apakah Rasulullah SAW menyuruh kamu untuk berkemas-kemas? Aisyah menjawab, Benar, dan sebisanya ayahanda berkemas-kemas juga!”.
Abu Bakar bertanya, “Tahukah kamu kemana gerangan arah yang diinginkan Rasulullah?”.
Aisyah menjawab “Demi Allah saya tidak tahu!”
Beliau memerintahkan kaum Muslimin untuk bersiap-siap. Dan setelah persiapan selesai, Rasulullah memberitahukan kepada mereka, bahwa waktunya berangkat ke Makkah telah tiba. Beliau memerintahkan mereka segera berkemas. Saat itu pula, beliau berdoa kepada Allah, mudah-mudahan Quraisy tidak sampai mengetahui berita perjalanan ini.
Ketika tentara Muslimin sudah siap-siap akan berangkat, Hatib bin Abi Balta'ah mengirim sepucuk surat melalui seorang perempuan yang sedang mengadakan perjalanan menuju Makkah. Ia diberi upah supaya surat itu disampaikan kepada pihak Quraisy, yang isinya memberitahukan bahwa Rasulullah sedang mengadakan persiapan hendak menghadapi mereka.
Sebenarnya Hatib orang besar dalam Islam. Tapi sebagai manusia, dari segi kejiwaannya, ia mempunyai beberapa kelemahan, yang kadang cukup menekan jiwanya sendiri. Masalah ini diketahui oleh Rasulullah SAW.
Beliau segera menyuruh Ali bin Abi Thalib dan Zubair bin Awwam untuk mengejar wanita. Wanita itu disuruh turun, surat dicarinya di tempat barang tapi tidak juga diketemukan. Wanita itu diperingatkan, bahwa kalau surat itu tidak dikeluarkan, merekalah yang akan membongkarnya. Melihat keadaan yang begitu sungguh-sungguh, wanita itu pun mengalah.
Ia membuka ikatan rambutnya dan surat itu pun dikeluarkannya. Ali dan Zubair membawanya kembali ke Madinah. Hatib pun dipanggil oleh Rasulullah dan ditanya kenapa ia tega berbuat demikian.
"Rasulullah," kata Hatib. "Demi Allah, saya tetap beriman kepada Allah dan kepada  Rasulullah. Sedikit pun tak ada perubahan pada diri saya. Akan tetapi saya, yang tidak punya hubungan keluarga atau kerabat dengan mereka itu, mempunyai seorang anak dan keluarga di tengah-tengah mereka. Maka itu sebabnya saya hendak membantu mereka."
"Wahai Rasulullah," sela Umar bin Khathab. "Serahkan kepada saya, akan saya penggal lehernya. Orang ini bermuka dua."
"Dari mana engkau mengetahui itu, wahai Umar?" tanya Rasulullah. "Jika Allah sudah menempatkan dia sebagai orang-orang Badar ketika terjadi Perang Badr."
Rasulullah kemudian berkata kepada Hatib, "Berbuatlah sekehendakmu. Kau sudah kumaafkan." Dan Hatib memang orang yang ikut dalam Perang Badar. Saat itulah firman Allah turun: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang; padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu, mereka mengusir Rasul dan (mengusir) kamu karena kamu beriman kepada Allah, Tuhanmu. Jika kamu benar-benar keluar untuk berjihad di jalan-Ku dan mencari keridhaan-Ku (janganlah kamu berbuat demikian). Kamu memberitahukan secara rahasia (berita-berita Muhammad) kepada mereka, karena rasa kasih sayang. Aku lebih mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Dan barangsiapa di antara kamu yang melakukannya, maka sesungguhnya dia telah tersesat dari jalan yang lurus." (QS Al-Mumtahanah: 1)
Kini pasukan Muslimin sudah mulai bergerak dari Madinah menuju Makkah, dengan tujuan membebaskan kota itu serta menguasai Rumah Suci, yang oleh Allah telah dijadikan tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman.
Pasukan ini bergerak dalam suatu jumlah yang belum pernah terjadi sebelumnya di Madinah. Mereka terdiri dan kabilah-kabilah Sulaim, Muzainah, Ghatafan dan yang lain. Mereka menggabungkan diri, baik kepada Muhajirin atau pun kepada Anshar.
Mereka melingkar ke tengah-tengah padang sahara yang membentang luas itu, sehingga ketika kemah-kemah mereka sudah dikembangkan, semuanya tertutup debu dan pasir sahara. Sehingga orang takkan dapat melihatnya. Mereka yang terdiri dari ribuan orang itu bergerak cepat. Setiap mereka melangkah maju, kabilah-kabilah lain ikut menggabungkan diri, yang menambah jumlah dan kekuatan mereka.
Semuanya berangkat dengan kalbu yang penuh iman, bahwa dengan pertolongan Allah mereka akan mendapat kemenangan. Perjalanan ini dipimpin oleh Rasulullah SAW dengan pikiran dan perhatian hanya tertuju untuk memasuki Rumah Suci tanpa pertumpahan darah setetes setetes pun.
Ketika pasukan ini sampai di Mar Az-Zahran—suatu tempat dekat Makkah—jumlah anggota pasukan sudah mencapai 10.000 orang, sementara pihak Quraisy belum juga mendapat berita. Mereka masih dalam ribut sendiri, bagaimana caranya menangkis serangan Rasulullah dan kaum Muslimin.
Tatkala mentari pagi telah terbit, Abu Sufyan telah berada dihadapan Rasulullah SAW dan menyatakan keislamannya. Akhirnya Rasulullah SAW memaafkan dan menjamin keamanannya. Lalu Rasulullah SAW bersabda “Baiklah! Barang siapa yang masuk ke dalam rumah Abu Sufyan maka dia aman. Barang siapa yang menutup pintu rumah maka dia aman. Dan barang siapa masuk ke dalam Masjidil Haram maka dia aman”. Setelah itu kemudian Rasulullah SAW bersama kaum muslimin yang berjumlah 10.000 bergerak menuju Ka'bah.

Menjaga kitman,
  1. Bagi mereka yang masih suka mengumbar (doyan ngomong) hendaknya diberi peringatan dan lebih penting untuk menjaga rahasia.
  2. Bagi yang sudah mengetahui keistimewaan kitman, hendaknya berkewajiban untuk membungkam setiap orang yang mengetahui rahasia, baik itu teman dekat maupun keluarganya.
  3. Saya tidak mendengar..... saya tidak melihat....saya tidak berkomentar!!” menjadi slogan atas individu seorang muslim.
  4. Bersama-sama kita berkomitmen untuk berkitman yang solid.

    InsyaAllah kita akan mendapati kemenangan yang gemilang..
Sumber :
Kitman Studi tentang menyimpan rahasia (amniyah) dari Rasulullah SAW, Jenderal Mahmud Syaid Khattab
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/11/07/29/lp3hbp-sejarah-hidup-muhammad-saw-menjelang-penaklukan-makkah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar