Dan
(ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi: "Sungguh,
apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah, kemudian datang
kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh
beriman kepadanya dan menolongnya". Allah berfirman: "Apakah kamu
mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?" Mereka
menjawab: "Kami mengakui". Allah berfirman: "Kalau begitu
saksikanlah (hai para nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu".
(QS Ali Imran ayat 81)
Ketika Muhammad, Rasulullah SAW
mendekati umur empat puluh tahun, kegiatan yang paling disukai adalah
menyendiri (uzlah). Sebelumnya beliau bermimpi dalam tidurnya, dan pasti beliau
melihat cahaya subuh dalam mimpinya.
Dengan membawa bekal, beliau pergi
ke gua Hira di Jabal Nur, yang jaraknya kira-kira dua mil dari Makkah, gua yang
memiliki panjang empat hasta dan lebarnya antara tiga perempat sampai satu
hasta. Beliau menghabiskan waktunya untuk beribadah, memikirkan keadaan
kaumnya, dan merenungi fenomena-femomena
alam semesta. Beliau juga tidak lupa memberi makan kepada orang-orang miskin. Pilihan
beliau untuk menyendiri sebagai langkah persiapan untuk menerima beban yang
ditunggunya. Disinilah Allah mengatur dan mempersiapkan kehidupan Muhammad,
Rasulullah SAW untuk mengemban amanah yang besar dan mengubah wajah dunia.
Genap usia beliau, empat puluh
tahun, usia yang sangat matang. Pada suatu malam di bulan ramadhan, Allah
ta’ala memuliakan beliau dengan risalah-Nya dan merahmati-Nya. Saat sedang
tidur, datanglah malaikat Jibril dengan membawa kain Dibaj dan di dalamnya
terdapat tulisan ayat-ayat Al-Qur’an.
Malaikat berkata, “Bacalah!”.
“Aku tidak bisa membaca.” Jawab
Nabi
Dia (malaikat JIbril) memegangiku
dan merangkulku hingga aku merasa sesak, kemudian melepaskanku, seraya berkata
lagi, “Bacalah!”
Aku menjawab, “Aku tidak bisa
membaca”
Dia memegangiku dan merangkulku
hingga ketiga kalinya, hingga aku merasa sesak, kemudian melepaskanku, lalu
berkata
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang
menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam.
Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS Al ‘Alaq
ayat 1-5)
Rasulullah
SAW mengulang bacaan ini hati yang berdebar-debar, tubuh gemetar, lalu beliau
pulang ke rumah pada waktu menjelang Shubuh, dan saat itu beliau masih
mendengar suara Jibril dari atas memanggilnya.
Dengan tergopoh-gopoh dan dengan
suara yang sangat ketakutan beliau memanggil Istrinya Khadijah, sambil
berseru-seru dengan suara keras dan parau;
selimuti aku!, selimuti aku!.
Ketika mendapati suaminya dalam
keadaan gemetar, nafasnya terengah-engah, wajahnya pucat, seolah-olah beliau
sedang sakit, dengan segera Khadijah menyelimuti badan beliau layaknya demam.
Sesudah
Nabi tertidur, Khadijah pergi ke Waraqah bin Naufal bin Asad bin Abdul Uzza bin
Qushai[1]
untuk menceritakan apa yang barusan dialami oleh suaminya. Kemudian Waraqah bin
Naufal berkata,
“Mahasuci
Allah. Mahasuci Allah. Demi Dzat yang jiwa Waraqah yang ada di Tangan-Nya, jika
apa yang engkau ceritakan benar, wahai Khadijah, sungguh suamimu didatangi
Jibril yang dulu pernah datang kepada Musa. Sungguh suamimu adalah Nabi untuk
umat ini. Katakan padanya agar ia bersabar.” (Abu Muhammad Abdul Malik bin
Hisyam al-Muafiri, 2011; 199)
Kemudian Khadijah pulang, namun
ia mendapati beliau masih tertidur, tapi tak lama kemudian beliau bangun dan
berkata “Apa yang terjadi padaku?”. Maka Khadijah menceritakan apa yang barusan
terjadi padanya. Kemudian beliau menjawab; “Aku Khawatir terhadap keadaan
diriku sendiri.”
Khadijah berkata, “Demi Allah,
Allah tidak akan menghinakan engkau selama-lamanya, karena engkau suka
menyambung silaturahim, ikut menanggung beban orang lain, memberi makan orang
miskin, menjamu tamu, dan menolong orang yang menegakkan kebenaran.”
Setelah Rasulullah SAW prima
kembali, dengan segera Khadijah mengajak beliau ke rumah Waraqah bin Naufal untuk
menceritakan apa yang menimpa pada dirinya. Sesampainya disana, Khadijah
berkata kepada Waraqah, “Wahai sepupuku, dengarkanlah kisah dari saudaramu”
Waraqah bin Naufal berkata, “Keponakanku,
ceritakan apa yang telah engkau lihat dan dengar!” Kemudian Rasulullah SAW
menceritakan apa yang beliau lihat dan dengar. Waraqah berkata, “Demi Dzat yang
jiwaku ada di Tangan-Nya, sungguh engkau adalah Nabi untuk umat ini. Sungguh
telah datang kepadamu Malaikat Jibril yang dulu pernah datang kepada Musa.
Sungguh, engkau pasti akan didustakan, diganggu, diusir, dan diperangi.
Seandainya aku berada pada hari itu, pasti aku menolong Allah dengan
pertolongan yang diketahui-Nya.” (Abu Muhammad Abdul Malik bin Hisyam
al-Muafiri, 2011; 199)
“Benarkah mereka akan mengusirku?”
beliau bertanya.
“Benar. Tidak ada seorang pun
pernah membawa seperti engkau bawa melainkanakan dimusuhi. Andaikan aku masih
pada masamu nanti, tentu akau akan membantumu secara sungguh-sungguh.” Tidak
lama kemudian Waraqah bin Naufal meninggal dunia.
Keterangan dalam Injil Barnabas[2],
silahkan membaca di Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad SAW, KH Munawir
Cholil, jilid pertama, halaman 135-159.
Barnabas, pasal 72, Isa Almasih memberitahukan kepada
penolongnya (hawari) bahwa beliau tidak lama lagi hidup di dunia, beliau
berkata;
Maka ketika itu
menangislah para utusan Yesus sambil berkata, ‘Wahai Guru! Mengapa engkau akan meninggalkan kami. Jika demikian,
bahwa kami merasa mati lebih baik bagi kami daripada engkau tinggalkan.” (Barnabas, 72; 7)
Yesus berkata,
“janganlah hatimu bergoncang dan jangan kamu takut, karena aku ini bukan yang
menjadikan kamu, tetapi Allah yang menjadikan kamu. Dia yang memelihara kamu.” (Barnabas, 72; 8)
“Adapun tentang
ketentuan tugasku, sesungguhnya aku datang untuk menyediakan jalan bagi Rasulullah
yang akan datang dengan membawa tugas kelepasan alam ini.” (Barnabas, 72; 10)
“Akan tetapi awaslah
olehmu jika kamu ditipu orang, karena sesungguhnya akan datang beberapa orang
nabi yang palsu; mereka mengambil perkataanku dan mengotori Injilku.” (Barnabas, 72; 11)
“Ketika itu
Andarawus berkata: “Hai Guru, sebutkanlah bagi kami satu tanda supaya kami
kenal dia.” (Barnabas, 72; 12)
Jawab Yesus:
Sesungguhnya ia tidak akan datang pada masa kamu ini, tetapi ia akan datang
kelak berbilang tahun di belakang kamu, yaitu pada waktu Injilku ini
dirusakkan, dan hampir tidak terdapat lagi tiga puluh orang yang beriman.” (Barnabas, 72; 13)
“Pada waktu itulah
Allah merahmati alam ini; maka diutus-Nya-lah seorang utusan-Nya yang tetap
awan putih menaungi atas kepalanya, mengenal dia seorang yan dipilih oleh
Allah, dan ia menampakkannya kepada seluruh alam ini.” (Barnabas, 72; 14)
“Dan ia akan datang
dengan membawa kekuatan yang besar untuk mengalahkan orang-orang yang berbuat
durhaka, dan dia akan menghapuskan penyembahan berhala dari dunia ini.” (Barnabas, 72; 15)
“Dan sesungguhnya
aku girang dengan yang demikian itu, karena dengan perantaraannya Allah akan
dimuliakan dan dia menampakkan kebenaranku.” (Barnabas, 72; 16)
“Dan dia akan memurkai
orang-orang yang berkata (berkepercayaan), bahwa aku ini lebih besar dan lebih
tinggi daripada manusia.” (Barnabas, 72;
17)
“Kebenaran aku
katakan kepadamu: Sesungguhnya bulan akan memberikan dia tidur pada waktu
kanak-kanaknya; dan manakala ia telah berusia lanjut, ia memegangnya dengan dua
tapak tangannya.” (Barnabas, 72; 18)
“Maka hendaklah alam
dunia ini awas, jangan sampai membuangkan dia, karena sesungguhnya ia akan
membinasakan penyembahan patung berhala.” (Barnabas,
72; 19)
“Maka sesungguhnya Musa
hamba Allah telah lebih banyak membunuh orang daripada itu, dan Yesus tidaklah
tinggal di kota-kota yang telah mereka bakar dan mereka membunuh anak-anak.” (Barnabas, 72; 20)
“Karena luka-luka
yang sudah berlama-lama, yang dipergunakan baginya besi yang panas.” (Barnabas, 72; 21)
“Dan ia akan datang
dengan kebenaran yang lebih jelas dari pada keterangan yang dibawa oleh para
nabi yang lain; dan dia akan membenci orang yang tidak berlaku baik di dunia
ini.” (Barnabas, 72; 22)
“Dan dia akan
menghidupkan benteng-benteng kota para nenek moyang kita dahulu, sebagian
dengan sebagiannya.” (Barnabas, 72; 23)
“Maka manakala telah
disaksikan orang hancurnya penyembahan patung-patung dari muka bumi ini,
diketahuilah oleh orang banyak, bahwa sesungguhnya aku ini manusia seperti
lain-lain manusia juga. Maka kebenaran aku katakan kepadamu: Sesungguhnya di
kota itulah Allah akan datang.” (Barnabas,
72; 24)
Abu Muhammad Abdul Malik bin Hisyam al-Muafiri, 2011,
Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam, Darul
Falah : Jakarta.
KH Moenawar Cholil, 1993, Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad SAW, Bulan Bintang : Jakarta
Syaikh Shafiyyurahman Al-Mubarakfury, 2008, Sirah Nabawiyah, Pustaka Al-Kautsar :
Jakarta
[1] Saudara
misan Khadijah binti Khuwailid. Beliau pemeluk agama Nasrani, dan mengikuti
kitab-kitab dari umat Ahli Kitab, serta meninggalkan kaumnya dalam menyembah
berhala.
[2]
Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad SAW, KH Munawir Cholil, buku pertama, halaman
150-152. Injil Barnabas ditulis oleh Barnabas sendiri dari wasiat (kata pesanan
yang didengar dari Nabi Isa). Injil Barnabas adalah satu-satunya kitab yang
isinya jauh berlainan dari kitab-kitab Injil yang lain. Misalnya tentang
ayat-ayat yang memberitakan akan datangnya Nabi Muhammad SAW, lebih jelas
pernyataannya, dan demikian pula tentang disalibnya Nabi Isa, bukan Nabi Isa
yang disalib tetapi Yahuda.
Injil Barnabas merupakan
kitab Injil kuno, yang tertulis pada abad pertama Masehi. Dan Inji ini telah
disembunyikan oleh para kepala Agama Nasrani sejak lama sebelum dibangkitkannya
Nabi Muhammad SAW, karena isinya bertentangan dengan Injil Paul (salah seorang
sahabat Nabi Isa). Maka abad ke-3 masehi pemimpin Gereja memutuskan: Injil
Barnabas tidak boleh dipakai, dan Pada akhir abad ke-5 Masehi (sebelum
Rasulullah dibangkitkan), oleh seorang Paus Roma menyatakan: “haram” membaca
Injil Barnabas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar