Selasa, 29 Oktober 2013

Perjanjian Suci



Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi: "Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah, kemudian datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya". Allah berfirman: "Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?" Mereka menjawab: "Kami mengakui". Allah berfirman: "Kalau begitu saksikanlah (hai para nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu".
(QS Ali Imran ayat 81)

Ketika Muhammad, Rasulullah SAW mendekati umur empat puluh tahun, kegiatan yang paling disukai adalah menyendiri (uzlah). Sebelumnya beliau bermimpi dalam tidurnya, dan pasti beliau melihat cahaya subuh dalam mimpinya.
Dengan membawa bekal, beliau pergi ke gua Hira di Jabal Nur, yang jaraknya kira-kira dua mil dari Makkah, gua yang memiliki panjang empat hasta dan lebarnya antara tiga perempat sampai satu hasta. Beliau menghabiskan waktunya untuk beribadah, memikirkan keadaan kaumnya, dan  merenungi fenomena-femomena alam semesta. Beliau juga tidak lupa memberi makan kepada orang-orang miskin. Pilihan beliau untuk menyendiri sebagai langkah persiapan untuk menerima beban yang ditunggunya. Disinilah Allah mengatur dan mempersiapkan kehidupan Muhammad, Rasulullah SAW untuk mengemban amanah yang besar dan mengubah wajah dunia.

Genap usia beliau, empat puluh tahun, usia yang sangat matang. Pada suatu malam di bulan ramadhan, Allah ta’ala memuliakan beliau dengan risalah-Nya dan merahmati-Nya. Saat sedang tidur, datanglah malaikat Jibril dengan membawa kain Dibaj dan di dalamnya terdapat tulisan ayat-ayat Al-Qur’an.
Malaikat berkata, “Bacalah!”.
“Aku tidak bisa membaca.” Jawab Nabi
Dia (malaikat JIbril) memegangiku dan merangkulku hingga aku merasa sesak, kemudian melepaskanku, seraya berkata lagi, “Bacalah!”
Aku menjawab, “Aku tidak bisa membaca”
Dia memegangiku dan merangkulku hingga ketiga kalinya, hingga aku merasa sesak, kemudian melepaskanku, lalu berkata
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS Al ‘Alaq ayat 1-5)
                Rasulullah SAW mengulang bacaan ini hati yang berdebar-debar, tubuh gemetar, lalu beliau pulang ke rumah pada waktu menjelang Shubuh, dan saat itu beliau masih mendengar suara Jibril dari atas memanggilnya.
Dengan tergopoh-gopoh dan dengan suara yang sangat ketakutan beliau memanggil Istrinya Khadijah, sambil berseru-seru dengan suara keras dan parau;
selimuti aku!, selimuti aku!.
Ketika mendapati suaminya dalam keadaan gemetar, nafasnya terengah-engah, wajahnya pucat, seolah-olah beliau sedang sakit, dengan segera Khadijah menyelimuti badan beliau layaknya demam.
                Sesudah Nabi tertidur, Khadijah pergi ke Waraqah bin Naufal bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushai[1] untuk menceritakan apa yang barusan dialami oleh suaminya. Kemudian Waraqah bin Naufal berkata,
“Mahasuci Allah. Mahasuci Allah. Demi Dzat yang jiwa Waraqah yang ada di Tangan-Nya, jika apa yang engkau ceritakan benar, wahai Khadijah, sungguh suamimu didatangi Jibril yang dulu pernah datang kepada Musa. Sungguh suamimu adalah Nabi untuk umat ini. Katakan padanya agar ia bersabar.” (Abu Muhammad Abdul Malik bin Hisyam al-Muafiri, 2011; 199)
Kemudian Khadijah pulang, namun ia mendapati beliau masih tertidur, tapi tak lama kemudian beliau bangun dan berkata “Apa yang terjadi padaku?”. Maka Khadijah menceritakan apa yang barusan terjadi padanya. Kemudian beliau menjawab; “Aku Khawatir terhadap keadaan diriku sendiri.”
Khadijah berkata, “Demi Allah, Allah tidak akan menghinakan engkau selama-lamanya, karena engkau suka menyambung silaturahim, ikut menanggung beban orang lain, memberi makan orang miskin, menjamu tamu, dan menolong orang yang menegakkan kebenaran.”
Setelah Rasulullah SAW prima kembali, dengan segera Khadijah mengajak beliau ke rumah Waraqah bin Naufal untuk menceritakan apa yang menimpa pada dirinya. Sesampainya disana, Khadijah berkata kepada Waraqah, “Wahai sepupuku, dengarkanlah kisah dari saudaramu”
Waraqah bin Naufal berkata, “Keponakanku, ceritakan apa yang telah engkau lihat dan dengar!” Kemudian Rasulullah SAW menceritakan apa yang beliau lihat dan dengar. Waraqah berkata, “Demi Dzat yang jiwaku ada di Tangan-Nya, sungguh engkau adalah Nabi untuk umat ini. Sungguh telah datang kepadamu Malaikat Jibril yang dulu pernah datang kepada Musa. Sungguh, engkau pasti akan didustakan, diganggu, diusir, dan diperangi. Seandainya aku berada pada hari itu, pasti aku menolong Allah dengan pertolongan yang diketahui-Nya.” (Abu Muhammad Abdul Malik bin Hisyam al-Muafiri, 2011; 199)
“Benarkah mereka akan mengusirku?” beliau bertanya.
“Benar. Tidak ada seorang pun pernah membawa seperti engkau bawa melainkanakan dimusuhi. Andaikan aku masih pada masamu nanti, tentu akau akan membantumu secara sungguh-sungguh.” Tidak lama kemudian Waraqah bin Naufal meninggal dunia.

Keterangan dalam Injil Barnabas[2],
silahkan membaca di Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad SAW, KH Munawir Cholil, jilid pertama, halaman 135-159.
Barnabas, pasal 72, Isa Almasih memberitahukan kepada penolongnya (hawari) bahwa beliau tidak lama lagi hidup di dunia, beliau berkata;
Maka ketika itu menangislah para utusan Yesus sambil berkata, ‘Wahai Guru! Mengapa  engkau akan meninggalkan kami. Jika demikian, bahwa kami merasa mati lebih baik bagi kami daripada engkau tinggalkan.” (Barnabas, 72; 7)
Yesus berkata, “janganlah hatimu bergoncang dan jangan kamu takut, karena aku ini bukan yang menjadikan kamu, tetapi Allah yang menjadikan kamu. Dia yang memelihara kamu.” (Barnabas, 72; 8)
“Adapun tentang ketentuan tugasku, sesungguhnya aku datang untuk menyediakan jalan bagi Rasulullah yang akan datang dengan membawa tugas kelepasan alam ini.” (Barnabas, 72; 10)
“Akan tetapi awaslah olehmu jika kamu ditipu orang, karena sesungguhnya akan datang beberapa orang nabi yang palsu; mereka mengambil perkataanku dan mengotori Injilku.” (Barnabas, 72; 11)
“Ketika itu Andarawus berkata: “Hai Guru, sebutkanlah bagi kami satu tanda supaya kami kenal dia.” (Barnabas, 72; 12)
Jawab Yesus: Sesungguhnya ia tidak akan datang pada masa kamu ini, tetapi ia akan datang kelak berbilang tahun di belakang kamu, yaitu pada waktu Injilku ini dirusakkan, dan hampir tidak terdapat lagi tiga puluh orang yang beriman.” (Barnabas, 72; 13)
“Pada waktu itulah Allah merahmati alam ini; maka diutus-Nya-lah seorang utusan-Nya yang tetap awan putih menaungi atas kepalanya, mengenal dia seorang yan dipilih oleh Allah, dan ia menampakkannya kepada seluruh alam ini.” (Barnabas, 72; 14)
“Dan ia akan datang dengan membawa kekuatan yang besar untuk mengalahkan orang-orang yang berbuat durhaka, dan dia akan menghapuskan penyembahan berhala dari dunia ini.” (Barnabas, 72; 15)
“Dan sesungguhnya aku girang dengan yang demikian itu, karena dengan perantaraannya Allah akan dimuliakan dan dia menampakkan kebenaranku.” (Barnabas, 72; 16)
“Dan dia akan memurkai orang-orang yang berkata (berkepercayaan), bahwa aku ini lebih besar dan lebih tinggi daripada manusia.” (Barnabas, 72; 17)
“Kebenaran aku katakan kepadamu: Sesungguhnya bulan akan memberikan dia tidur pada waktu kanak-kanaknya; dan manakala ia telah berusia lanjut, ia memegangnya dengan dua tapak tangannya.” (Barnabas, 72; 18)
“Maka hendaklah alam dunia ini awas, jangan sampai membuangkan dia, karena sesungguhnya ia akan membinasakan penyembahan patung berhala.” (Barnabas, 72; 19)
“Maka sesungguhnya Musa hamba Allah telah lebih banyak membunuh orang daripada itu, dan Yesus tidaklah tinggal di kota-kota yang telah mereka bakar dan mereka membunuh anak-anak.” (Barnabas, 72; 20)
“Karena luka-luka yang sudah berlama-lama, yang dipergunakan baginya besi yang panas.” (Barnabas, 72; 21)
“Dan ia akan datang dengan kebenaran yang lebih jelas dari pada keterangan yang dibawa oleh para nabi yang lain; dan dia akan membenci orang yang tidak berlaku baik di dunia ini.” (Barnabas, 72; 22)
“Dan dia akan menghidupkan benteng-benteng kota para nenek moyang kita dahulu, sebagian dengan sebagiannya.” (Barnabas, 72; 23)
“Maka manakala telah disaksikan orang hancurnya penyembahan patung-patung dari muka bumi ini, diketahuilah oleh orang banyak, bahwa sesungguhnya aku ini manusia seperti lain-lain manusia juga. Maka kebenaran aku katakan kepadamu: Sesungguhnya di kota itulah Allah akan datang.” (Barnabas, 72; 24)


Abu Muhammad Abdul Malik bin Hisyam al-Muafiri, 2011, Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam, Darul Falah : Jakarta.
KH Moenawar Cholil, 1993, Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad SAW, Bulan Bintang : Jakarta
Syaikh Shafiyyurahman Al-Mubarakfury, 2008, Sirah Nabawiyah, Pustaka Al-Kautsar : Jakarta


[1] Saudara misan Khadijah binti Khuwailid. Beliau pemeluk agama Nasrani, dan mengikuti kitab-kitab dari umat Ahli Kitab, serta meninggalkan kaumnya dalam menyembah berhala.


[2] Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad SAW, KH Munawir Cholil, buku pertama, halaman 150-152. Injil Barnabas ditulis oleh Barnabas sendiri dari wasiat (kata pesanan yang didengar dari Nabi Isa). Injil Barnabas adalah satu-satunya kitab yang isinya jauh berlainan dari kitab-kitab Injil yang lain. Misalnya tentang ayat-ayat yang memberitakan akan datangnya Nabi Muhammad SAW, lebih jelas pernyataannya, dan demikian pula tentang disalibnya Nabi Isa, bukan Nabi Isa yang disalib tetapi Yahuda.

Injil Barnabas merupakan kitab Injil kuno, yang tertulis pada abad pertama Masehi. Dan Inji ini telah disembunyikan oleh para kepala Agama Nasrani sejak lama sebelum dibangkitkannya Nabi Muhammad SAW, karena isinya bertentangan dengan Injil Paul (salah seorang sahabat Nabi Isa). Maka abad ke-3 masehi pemimpin Gereja memutuskan: Injil Barnabas tidak boleh dipakai, dan Pada akhir abad ke-5 Masehi (sebelum Rasulullah dibangkitkan), oleh seorang Paus Roma menyatakan: “haram” membaca Injil Barnabas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar