Oleh Ust Abdullah Haidir
Mencela dan memojokkan, baik dengan bahasa lugas atau sindiran, terhadap saudara yang sedang dilanda tuduhan yang belum terbukti adalah indikasi 'sakitnya hati'
Mana yang lebih dekat dengan adab Islam, membela penuduh yang belum dikenal kepribadiannya atau membela tertuduh yang belum terbukti kesalahannya tapi sudah dikenal kebaikannya?
Pesan Nabi Jelas: Penuduh harus mengajukan bukti dan tertuduh cukup bersumpah jika mengingkari... (HR. Baihaqi)
Sebab kalau semua tuduhan langsung diterima, orang akan ramai-ramai melakukan tuduhan terhadap harta dan darah suatu kaum... (HR. Baihaqi)
Para ulama mengatakan: Keliru menghukumi bahwa sesorang tak bersalah, lebih baik dibanding keliru menghukumi bahwa seseorang bersalah...
Aneh aja.. jika mengaku aktifis Islam dan sering mengusung tema persatuan, namun ketika sesama aktifis diserbu berbagai tuduhan yang belum terbukti..
Alih-alih membela, atau berempati dan mendoakan kebaikan.. Yang ada justru ikut-ikutan memojokkan dengan statment yang kadang lebih menyakitkan dari masyarakat awam...
Baik dari adab Islam, atau tinjauan moral, sama sekali tidak mengindikasikan ukhuwah yang selama ini menjadi salah satu yang diusungnya..
Ukhuwah bukan sekedar jadi judul buku atau seminar...
Benarlah ungkapan hikmah yang sering kita dengar... teman yang sejati dapat diketahui saat kita sedang susah...
Namun kita tidak perlu mengemis-mengemis pertolongan dengan orang semacam itu.
Sebab, kebenaran itu, dengan sendirinya akan mendatangkan pendukung....
Bergembira apabila mendengar 'kesalahan' saudara sebagai sebuah amunisi... lebih berbahaya dibanding kesalahan saudaranya itu sendiri..
Sebab yang pertama akan semakin larut dalam maksiat kebenciannya, dan yang kedua akan semakin sadar dengan kesalahannya dan lebih besar harapan taubatnya..
ketika saudara-saudara kita tertuduh... :)
BalasHapusmampir di blog ane... swarranetwork.blogspot.com