Sabtu, 07 Mei 2011

Ciri Khas Kepemimpinan Militer Rasulullah SAW

Dalam beberapa ekspedisi (pengiriman pasukan) maupun peperangan yang dipimpin sendiri oleh Rasulullah SAW, beliau telah menunjukkan kepiawaiannya sebagai seorang panglima militer. Setiap kali terjun di peperangan, beliau selalu dalam kondisi prima,  penuh keberanian dan kejelian. Oleh karena itu, beliau tidak pernah gagal dalam memimpin pertempuran karena beliau menentukan kebijakan, mengatur pasukan, menyusun strategi,  dan memilih markas dengan tepat. Bahkan, beliau memberikan inspirasi dalam kepemimpinan militer  yang  belum pernah ada di dunia.



 
Adapun kekalahan yang terjadi pada perang Uhud, kekalahan tersebut semata-mata karena ketidakta’atan pasukan yang menyalahi kebijakan dan strategi perang yang sudah ditetapkan Rasulullah SAW. Berikut ini beberapa strategi kepemimpinan militer Rasulullah Saw;
 
1.    Musyawarah
Musyawarah mengajarkan semangat  kolektifitas atau kebersamaan. Keberhasilan yang lahir dari keputusan satu orang tidaklah lebih baik daripada sebuah kegagalan yang lahir dan dirancang oleh kerja kolektif dan semangat kebersamaan dalam bermusyawarah. Imam Ali bin Abi Thalib ra. mengumpamakan kepada kita dengan kalimatnya, "Kejernihan air dalam kesendirian tidak lebih baik dari air sungai yang keruh dalam kebersamaan".
 
Melalui musyawarah, Rasulullah SAW bisa mengukur tingkat keterlibatan para sahabat, bagaimana perasaan sahabat, bahasa tubuh dalam musyawarah, dsb. Hal-hal tersebut adalah variabel-variabel sekunder untuk melihat dan mengukur perasaan, pikiran,  jiwa dan raga para sahabat dalam jihad.
 
Musyawarah adalah cara yang paling adil untuk mendistribusikan amanah dan pahala. Orang yang terbiasa melakukan "manajemen tukang sate" atau kerja borong sendiri dari hulu hingga hilir adalah manusia tipe egois yang mau masuk surga sendiri. Namun, Islam mengajarkan untuk masuk surga secara berjama'ah. 

Musyawarah mampu mengikis egois, mau menang sendiri bahkan dapat ukhuwah diantara kaum muslimin. Rasulullah sangat menghormati keputusan musyawarah tersebut meskipun beliau memiliki pendapat yang berbeda. Rasululullah sangat mementingkan kesolidan jama'ah daripada bersikeras dengan pendapatnya yang kurang bisa diterima oleh para sahabatnya"
 
2.    Mengalahkan musuh tanpa peperangan
    Banyak ekspedisi maupun peperangan dimana pasukan kaum Muslimin berhasil mengalahkan musuh tanpa melalui pertempuran. Misalnya, dalam perang Khandaq yang mana  pasukan musuh akhirnya mundur karena berbagai hal, mulai dari kegagalan memasuki kota Madinah, bencana angin ribut yang merusak tenda-tenda mereka, musim dingin yang sedang terjadi yang memperlemah fisik mereka, kekurangan logistik, sampai perpecahan internal. Pasukan musuh berhasil diadu-domba satu sama lain sehingga pasukan koalisi musyrikin-yahudi saling curiga dan  memperlemah diri mereka sendiri. Demikian juga dengan beberapa ekspedisi yang dilakukan mampu membuat musuh menyerah tanpa pertumpahan darah seperti penaklukan kaum Yahudi di Fadak dan penaklukan kota Mekkah.
 
    Tsun Zu mengatakan "Seratus kemenangan dalam seratus pertempuran bukanlah ketrampilan paling hebat. Menundukkan kekuatan militer lain tanpa pertempuran adalah ketrampilan paling hebat" 

3.    Meminimalisir jumlah korban
    Setiap perang maupun pengiriman ekspedisi beliau selalu menekankan untuk mengajak musuh masuk islam, jika tidak mau dan justru mengajak untuk berperang barulah mereka berperang. Dalam berperang Rasulullah SAW melarang membunuh wanita, anak-anak serta orang yang tidak ikut berperang (orang tua yang sudah renta dsb). Beliau juga berpesan agar tidak merusak bangunan, menebang pohon, dan merusak pertanian. 

4.    Selalu waspada
    Di balik ketenangannya, Rasulullah SAW selalu waspada dengan segala tipu muslihat dan gerak-gerik musuhnya. Beliau mengirimkan untuk seseorang untuk melakukan mata-mata dan mencari berita kegiatan masyarakat Arab yang hendak berkomplot dengan terhadap dirinya. Dan demikian ia selalu dalam siap-siaga, sehingga kaum muslim dapat mempertahankan diri.

5.    Komunikasi yang jelas
    Beliau menetapkan kaidah-kaidah peperangan dengan kalimat-kalimat yang sederhana dan mudah dimengerti.

6.    Turun ke lapangan
    Keikutsertaan dalam kegiatan yang dilakukan oleh jama'ah atau pasukan memberikan semangat tersendiri sehingga menumbuhkan kepercayaan atau ketsiqahan antara pemimpin dengan jama'ah.
    Jika pemimpin dekat dengan bawahan dan melakukan apa yang dikerjakan oleh bawahan, tidak memerintah tetapi mencontohkan akan memberikan pengaruh yang kuat terhadap anggotanya.  

7.    Pedelegasian kepemimpinan pasukan
    Rasulullah SAW tidak melakukan monopoli kepemimpinan militer di tangannya. Tidak semua pengiriman pasukan Muslim dipimpin oleh Rasulullah SAW. Dalam beberapa misi kemiliteran beliau menyerahkan tampuk kepemimpinan kepada beberapa sahabat. Bahkan beliau pernah mempercayakan anak muda yang berusia 16 tahun, Usamah bin Zaid, untuk memimpin pasukan kaum Muslimin pada ekspedisi ke Balqa' . Dari sini kita bisa terlihat betapa berhasil mencetak kader-kader pemimpin  untuk meneruskan kepemimpinan militer.

8.    Tidak mudah marah
    Ketika pasukan pemanah kaum Muslimin meninggalkan pos mereka di punggung bukit Uhud karena tergiur ghanimah lalu munculah serangan tiba-tiba dari musuh yang membuat pasukan kaum Muslimin kocar-kacir, Rasulullah tetap tenang menghadapinya. Ketenangan beliau memberikan inspirasi kepada pasukannya  sehingga mereka yang tadinya kalah mampu bangkit dan mengejar musuh. 
    Tsun Zu dalam bukunya The Art of War mengatakan bahwa "Seorang jenderal yang marah akan kalah"

wallahu alam bishowab 

Sumber :
Dr Muhammad Syafi'i Antonio, M.Ec, Nabi Muhammad The Super Leader, Super Manager
Drg Sukhri Wahid, Manajemen Gerakan Dakwah di Masa Krisis, Belajar dari Sejarah Perang Khandaq. Al Ithisom : Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar