Selasa, 10 Juli 2012

Ringkasan Tafsir QS Al Kahfi ayat 1- 5


Surah ini dinamai surah Al-kahf yang secara harfiah berarti gua. Nama tersebut diambil dari sekelempok pemuda yang melarikan aqidah mereka dari gangguan penguasa zamannya, kemudian tertidur di dalam gua selama tiga ratus tahun lebih. Dari Abu Darda, Rasulullah bersabda; “Barang siapa yang menghafal sepuluh ayat dari awal surah Al-Kahf, maka dia terpelihara dari fitnah Dajjal” (HR. Muslim no 1342). Dalam riwayat yang lain, dari Abu Sa'id Al Khudri ra; “Barang siapa membaca surah al-Kahfi pada hari jum'at, maka akan dipancarkan cahaya untuknya di antara dua jum'at” (HR Hakim; 2/368)1. Surah ini merupakan wahyu Al-Qur'an surah ke 68 yang turun sesudah surah Al-Ghasyiyah dan sebelum Asy-Syura2.


Ayat pertama, Allah ta'ala mengawali dan mengakhiri surah ini dengan memuji diri-Nya. Ada empat surah – selain surah Al-Fatihah yang awalannnya menggunakan pujian (al-Hamdulillah) yakni Al Kahfi [18] ayat 1, Al An'am [6] ayat 1, Saba [34] ayat 1, dan Fathir [35] ayat 1. Dia (Allah) memuji atas apa yang diturunkan-Nya yakni Al-Kitab (Al-Qur'an). Dia memuji karenanya, sebab nikmat yang paling besar yang dianugerahkan kepada penduduk bumi lantaran mampu memberikan manfaat yang dapat mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya. Dia menjadikan semua kandungan yang berada di dalam Al-Qur'an tidak ada satu pun yang menyimpang dari jalan kebenaran, dan tiada kebengkokan. Hal ini juga sesuai dengan garis lurus yaitu tegas dan jitu dan dapat dipertanggungjawabkan menurut pertimbangan akal yang sehat dan budi yang bersih3.
Ayat kedua, kata qayyiman terambil dari kata qama yang berarti lurus, namun biasa diterjemahkan berdiri. Di pangkal ayat ini, “Sebagai bimbingan yang lurus”, merupakan penegasan dari ujung ayat pertama. Ingatlah bahwasanya surah Al-Fatihah ayat 6 “Tunjukilah kami jalan yang lurus”, maka kita dalam shalat selalu membaca dan memohon kepada Allah untuk ditunjukkan jalan yang lurus. Kandungan Al-Qur'an yang mengandung al-Huda (petunjuk) sehingga tujuan kitab untuk memperingatkan hamba-Nya yang menyeleweng, membengkok atau menempuh jalan yang tidak qayyim. Ketika peringatan itu tidak disambut dengan baik (dilupakan), maka Allah akan mengancam siksaan yang lebih pedih. Dan siksaan ini tidak main-main artinya siksaan itu langsung datang dari Allah., sebagaimana siksaan umat-umat terdahulu.
Dan Al-Qur'an juga memberikan kabar gembira (basyir) kepada orang-orang mukmin yang mantap keimanannya dan orang yang senantiasa beramal shalih. 'Amalan shaalih ; seluruh perbuatan (amalan) yang dilaksanakan sesuai dengan sunah rasul dan dilakukan dengan ikhlas. Bahwa bagi mereka adalah pahala yang baik adalah dunia dan akhirat [QS An-Nahl 97], yang berada dalam bimbingan Allah sehingga menghasilkan ketenangan hati.
Ayat ketiga, “mereka kekal di dalamnya selama-lamanya”. Ganjaran Allah, bagi mereka yang suka menyeleweng adalah nereka dan kekal. Begitu juga ganjaran Allah kepada orang yang beriman dan beramal shalih surga dan mereka kekal. Kata “abadan” yakni masa yang tidak berakhir.
Ayat keempat, di sini Allah memberikan peringatan bagi mereka yang mengatakan bahwa Allah mempunyai anak. Sebagaimana orang yahudi mengatakan; “ bahwa uzair anak Allah” dan orang nasrani mengatakan; “Isa itu putra Allah, dan orang Arab musyrik juga mengatakan; “kami menyembah para malaikat dan mereka itu merupakan anak-anak perempuan Allah”.
Ayat 5 ; di sini Allah ta'ala membantah yang selama ini mereka sangkakan (statement). Ketika mereka mengatakan Allah mempunyai anak harus dibuktikan dengan ilmiah (hasil penyelidikan yang seksama sesuai kebenaran). Di dalam QS Zumar [39] ayat 4 dijelaskan, seandainya Allah ta'ala mempunyai anak atau mengadopsi tentu Dia yang berhak yang menentukan, bukan kita yang mengusulkan atau bahkan kita yang menentukan. Mereka mengatakan demikian (Allah mempunyai putra), maka akan menjawab begitulah yang kami terima dari nenek moyang kami, namun ketika diselediki kepada nenek moyangnya, mereka pun tidak mendapati jawaban dari mana sumber ini. Di dalam QS At-Taubah [9] ayat 30 dijelaskan bahwa segalanya itu hanyalah karena meniru-niru saja. Di dalam QS Maryam 88-98 Allah membantah semua perkataan mereka secara lengkap.

Sumber :
Prof Dr Hamka, Tafsir Al-Azhar, PT Pustaka Panji Mas : Surabaya
Muhammad Nasib Ar-Rifa'i, Kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Gema Insani Press : Jakarta
Prof Dr Quraisy Shihab, Tafsir Al Mishbah, Lentera Hati : Jakarta

1  Ibnul Hajar mengomentari bahwa hadits ini hasan, sedangkan Syaikh Albany menshahihkannya dalam Shahih Al-jami'   no 6470
2  Tafsir Al Mishbah, Prof Dr Quraisy Shihab, halaman 3
3  Tafsir Al Azhar Juzu' 15, Prof Dr Hamka, halaman 159

Tidak ada komentar:

Posting Komentar