Sabtu, 03 November 2012

MENEMUKAN CINTA



Dengan pertimbangan hal-hal tadi[1], Khadijah mengutus Nafisah binti Umayyah, yang masih kerabat dekat Muhammad dan saudara perempuan dari seorang lelaki yang kemudian menjadi salah satu sahabat Nabi yang terkemuka, Ya’la bin Umayyah.
Nafisah mendatangi Nabi dan menasihatinya, pentingnya menikah. Mendengar hal itu, Nabi menahan air matanya yang hampir tumpah. Seketika beliau teringat akan kesepian yang dideritanya, sejak ditinggal wafat ibunya. Nabi memaksakan dirinya tersenyum dan menjawab bahwa dirinya hanya seorang miskin yang tidak memiliki apa-apa yang akan diberikan kepada wanita yang akan menjadi istrinya dan aku belum menemukan wanita yang akan menjadi teman hidupnya.
‘Kalau urusan keperluan menikah aku sediakan dan kutawarkan wanita yang cantik, kaya, mulia, dan cocok untukmu, maukah engkau menikah?’ tanya Nafisah.
Muhammad menjawab, ‘Siapa wanita itu?’
Kukatakan, ‘Khadijah’.
‘Bagaimana mungkin?’ tanya Muhammad kembali.
Kukatakan, ‘Aku akan mengaturnya’.
Setelah itu, Nafisah memberi tahu hasil pendekatannya kepada Khadijah. Khadijah lalu mengundang Muhammad ke kediamannya. Di sana, dengan berani, Khadijah mengungkapkan secara langsung pinangannya. Berikut ini;
“Wahai anak pamanku, aku berhasrat untuk menikah denganmu atas dasar kekerabatan, kedudukanmu yang mulia, akhlakmu yang baik, integritas moralmu, dan kejujuran perkataanmu.”
Kemudian beliau pulang, menemui pamannya, Hamzah bin Abdul Muthalib dan menyampaikan lamaran Khadijah. Pamannya, Hamzah mengajak Muhammad menemui Amr bin Asad[2] untuk melamar Khadijah. Kedatangannya untuk memperbincangkan masalah lamaran Khadijah kepada Muhammad. Amr bin Asad, selaku perwakilan Khadijah menyambut perihal tersebut, asalkan keduanya saling mencintai

Tak lama kemudian, pernikahan dilangsungkan. Dua ekor unta besar disembelih untuk keperluan pesta. Dagingnya dibagi-bagikan kepada keluarga, tamu undangan, sahabat, serta fakir miskin. Keluarga Muhammad dipimpin oleh Abu Thalib dan Hamzah beserta keluarga Bani Hasyim. Hadir bersamanya, Bani Mudhar, sedangkan keluarga Khadijah dipimpin oleh Amr bin Asad beserta Bani Asad. Muhammad menyerahkan mahar sebanyak 20 ekor unta muda kepada Khadijah.
Pidato pernikahan disampaikan oleh Abu Thalib, “Segala puji bagi Allah yang telah melahirkan kita sebagai anak keturunan Ibrahim dan Ismail. Segala puji bagi-Nya yang telah menjadikan kita penjaga rumah-Nya dan pemelihara tanah suci-Nya. Dia yang menjadikan kediaman kita aman dan diziarahi banyak orang. Dia pula yang menjadikan kita berkuasa atas orang-orang. Keponakanku ini, Muhammad ibnu Abdullah, tidak bisa dibandingkan dengan pemuda manapun; ia pasti mengungguli mereka. Ia memang tidak kaya. Tetapi, bukankah kekayaan akan berubah dan hilang? Dan kalian tahu di dalam keluarga seperti apa Muhammad dilahirkan. Hari ini, Muhammad menikahi Khadijah binti Khuwailid dengan mahar yang seluruhnya menjadi tanggunganku. Ini akan menjadi berita besar dan kehormatan yang agung.[3]
Selesai menyampaikan pidato, berdirilah Amr bin Asad, paman Khadijah. Ia menyampaikan “Saksikanlah oleh kamu sekalian, wahai kawan Quraisy, bahwa aku hari ini telah menikahkan Muhammad bin Abdullah dengan Khadijah binti Khuwailid.[4]
Pernikahan ini juga dihadiri oleh Ibu susu Muhammad, Halimah. Halimah datang dari desa Bani Sa’ad untuk merestui pernikahan anak susunya. Kehadiran ini membuat Nabi terharu. Rasa terharu semakin menjadi, ketika ibu susuan pulang ke desanya. Nabi memberikan 40 ekor kambing kepada ibu susuannya, Halimah.

Nama dan silsilah Khadijah
Khadijah binti Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza bin Qusay bin KIlab bin Murrah bi Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr. Sedangkan ibunnya bernama, Fatimah binti Za’idah bin Al-Asamm bin Rawaha bin Hajar bin Abd bin Ma’is bin ‘Amir bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr. Dari ayah maupun ibu beliau, Khadijah berasal dari keturunan suku Qurasiy.

Buah pernikahan Khadijah dengan Nabi Muhammad SAW
Perjalanan bahtera rumah tangga beliau bersama istrinya, Khadijah selama 15 tahun dan dikaruniai 4 putri dan 2 putra. Mereka adalah Qasim dan Abdullah, sedangkan putri beliau adalah Zainab, Ruqayyah, Ummu Kaltsum, dan Fatimah.
Qasim, adalah putra pertama yang dilahirkan di kota Makkah, saat itu Muhammad belum diangkat menjadi Rasul. Usia hidup Qasim tidak lama, meninggal pada usia 2 tahun.
Abdullah, adalah putra kedua yang dilahirkan di kota Makkah setelah Muhammad diangkat menjadi Rasul. Julukannya adalah ath-thahir artinya yang suci, ath-thayib yang artinya yang baik. Meninggal pada usia 5 tahun.
Zainab, putri pertama dilahirkan, saat itu Rasul berusia 30 tahun. Zainab adalah anak yang pertama kali menikah, suami beliau bernama Abu Ash bin Rabi’[5]. Ketika dakwah dilakukan secara sembunyi-sembunyi, Zainab melahirkan seorang putri, bernama Umamah[6]. Kemudian anak kedua lahir sebelum Khadijah meninggal dunia. Anak itu laki-laki dan diberi nama Ali, kemudian Ali disusui oleh seorang wanita dari bani Ghadhirah dan dididik di sana untuk mempelajari dasar-dasar bahasa arab yang murni dan fasih. Ali dan ibunya, Zainab meninggal pada tahun yang sama, tahun 8 H. Jenazahnya, Zainab dimandikan oleh Ummu Aiman, Saudah bin Zam’ah, Ummu ‘Athiyah, dan Ummu Salamah radhiallahu anhuma.
Ruqayyah, adalah adik dari Zainab. Ia dilahirkan ketika Rasulullah berusia 33 tahun. Sebelum menikah dengan Utsman bin Affan, menikah dengan Utbah bin Abu Lahab. Pada pernikahan ini tidak ibunya, Khadijah melihat perilaku buruk ibu Utbah, Ummu Jamil binti Harb. Setelah turunnya Al-Lahab, maka Ayahnya, Abu Lahab memerintahkan anaknya untuk menceraikan istrinya. Atas perintah bapaknya, Utbah langsung menceraikannya tanpa alasan.  Kemudian Rasulullah menikahkan dengan Utsman bin Affan. Buah pernikahannya, lahir Abdullah bin Utsman[7], namun usianya tidak lama, Allah mencabut nyawanya pada usia 2 tahun. Pada bulan ramadhan, saat itu kaum muslimin sedang perang Badar Allah mencabut nyawa Ruqayyah.
Ummu Kaltsum, adalah adik dari Ruqayyah. Awalnya menikah dengan Utaibah bin Abu Lahab, namun perintah ayahynya, maka dia menceraikannya. Setelah wafat kakaknya, Ruqayyah, Rasul menikahkan Utsman dengan Ummu Kaltsum. Pernikahan terjadi pada bulan Rabi’ul Awwal, dan baru berumah tangga bulan Jumadil Tsani. Pernikahan dengan Utsman bin Affan tidak melahirkan seorang anak pun. Pada bulan sya’ban tahun 9 Hijriyah, Ummu Kaltsum meninggal dunia. Jenazahnya dimandikan oleh Asma’ binti Umais, Shafiyah binti Abdul Muthalib radhiallahu anhuma.
Fatimah, adalah putri sulung dari Rasulullah dan Khadijah. Ia dilahirkan sebelum tahun 5 kenabian. Beliau memiliki kemiripan dengan Rasulullah. Julukannya Az-Zahra, sedangkan kunyahnya adalah Ummu Abiha. Abu Bakar dan Umar bin Khaththab radhiallahu ‘anhum maju melamar Fatimah, namun Rasul menolak dengan halus dan giliran Ali bin Abi Thalib, Rasul menerima lamaran tersebut. Setahun menikah dengan Ali bin Abi Thalib, lahir dua putra kembar, Hasan, dan setahun kemudian, bulan Sya’ban tahun ke 4 H Husain lahir. Dan tahun 5 H, lahir Zainab dan yang sulung Ummu Kaltsum. Setelah Rasul wafat, kira-kira 6 bulan Fatimah jatuh sakit dan malam selasa tanggal 13 ramadhan tahun 11 Hijriyah, Allah mencabut nyawanya.



Sumber :
Abdul Mun’im Muhammad, Khadijah The True Love Story of Muhammad SAW. Jakarta : Penerbit Pena
Dr ‘Aisyah Bintusy-Syathi’, Istri-istri Nabi. Bandung : Pustaka Hidayah
Ibnu Hisyam, Sirah Nabawiyah, Jakarta : Darul Falah
Ibnu Ishaq, Sirah Nabawiyah, Surakarta : UMS Press
KH Moenawar Khalil, Tarikh Lengkap Nabi Muhammad SAW, Jakarta : GIP
Muhammad Husain Haikal, Sejarah Hidup Muhammad, Jakarta : Tirtamas Indonesia
Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfurry, Sirah Nabawiyah, Jakarta : Pustaka Al-Kautsar


[1] Pertimbangan : cerita dari maisaroh maupun perilaku dan tutur kata selama perbincangan.
[2] Adalah Paman dari jalur ayahnya. Saat itu ayah Khadijah, Khuwailid bin Asad sudah meninggal.
[3] Abdul Mun’im Muhammad, Khadijah The True Love Story of Muhammad, jilid 1, halaman 19.
[4] KH Moenawar Chalil, Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad, jilid 1, halaman 90.
[5] Seorang yang terkenal dengan kekayaan, integritas moral, dan kecakapan dalam berdagang. Khadijah dan Nabi sangat menyukai Abul Ash.
[6] Cucu pertama dan dinikahi oleh Ali bin Abi Thalib, sesudah wafatnya Fatimah.
[7] Lahir sesudah pulang dari hijrah ke Habasyah, saat itu kondisi Makkah sudah membaik dan aman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar